Imam DaruQuthni
Imam DaruQuthni [306 H]
Al-Imam al-Hafidz Abu al-Hasan Ali bin Umar bin Ahmad bin Mahdi bin Mas'ud bin an-Nu'man bin Dinar bin Abdullah al-Baghdadi atau lebih dikenal dengan ad-Daruquthni lahir di Dar al-Quthn, Bagdad, Irak, pada tahun 306 H, dan wafat pada tahun 385 H adalah seorang ulama di bidang qira'at, Hadits, Bahasa Arab dan Sastra dan memiliki karya sejumlah 385, dan 40 diantaranya di bidang Hadits
Dari waktu muda ia telah mempelajari hadis di Baghdad dari tokoh-tokoh hadis di negeri itu seperti Abu al-Qasim al-Bagawi, Abu Bakar ibnu Abi Daud as-Sajastani dan Abu Muhammad ibnu Sulaiman al-Maliki. Untuk lebih mendalami ilmu yang sangat diminatinya ini, ia juga mengadakan perjalanan ke berbagai negeri, seperti ke Mesir dan ke Siria. Dari tokoh-tokoh hadis di negeri-negeri yang disinggahinya itu, ia sempat mendalami hadis dan ilmu-ilmu yang menyangkut dengannya (ulum al-hadis, jarh wa ta’dil dan sebagainya).
Ia terkenal alim dalam berbagai cabang ilmu keislaman. Dalam bidang hadits ia terkenal ahli dalam ilmu kritik hadits. Dalam ilmu al-Qur’an ia sempat mendalami dan menyusun sebuah buku yang diberi nama al-Qira’at. Sistematika buku tersebut telah dijadikan contoh oleh ulama yang menyusun ilmu al-Qur’an pada masa sesudahnya. Dalam bidang fiqh ia juga dikenal banyak mengetahui ikhtilāf (perbedaan pendapat) ulama. Siapa yang membaca buku haditsnya as-sunan yang terkenal itu dapat menggambarkan akan keaslian penyusunnya dalam bidang hukum Islam.
Terutama fiqh aliran asy-Syafi’i ia dalami dari Syekh Abu Sa’id al-Ishtikhari, yakni seorang ulama dari madzhab asy-Syafi’i yang hidup pada masa itu. Dalam bahasa Arab ia dikenal ahli dalam ilmu nahwu (tata bahasa). Begitu banyak cabang-cabang ilmu pengetahuan yang dikuasainya, sehingga diriwayatkan, banyak ahli dari berbagai bidang ilmu pengetahuan yang datang untuk bertukar pikiran padanya.
Melanglang Buana Mencari Ilmu
Dari waktu muda ia telah mempelajari hadits di Baghdad dari tokoh-tokoh hadits di negeri itu seperti Abu al-Qasim al-Bagawi, Abu Bakar ibnu Abi Daud as-Sajastani dan Abu Muhammad ibnu Sulaiman al-Maliki. Untuk lebih mendalami ilmu yang sangat diminatinya ini, ia juga mengadakan perjalanan ke berbagai negeri, seperti ke Mesir dan ke Siria. Dari tokoh-tokoh hadits di negeri-negeri yang disinggahinya itu, ia sempat mendalami hadits dan ilmu-ilmu yang menyangkut dengannya (ulum al-hadits).
Guru-guru Imam ad-Daraquthni
1. Al-Hafidz al-Hujjah al-Mu'ammar, Musnid al-Ashr Abu al-Qasim Abdullah bin Muhammad bin Abdul Aziz bin Al-Marzaban Al-Baghawi
2. Al-Qadhi al-Imam al-Muhaddits ats-Tsiqah, Musnid al-Waqt, Abu Abdillah al-Husain bin Ismail bin Sa`id adh-Dhabbi al-Baghdadi
3. Al-Imam al-Hafidz ats-Tsiqah al-Qudwah Muhammad bin Makhlad bin Hafs Abu Abdillah ad-Dauri al-Baghdadi
4. Al-Imam al-Muqri an-Nahwi, Syaikh al-Muqri'in, Abu Bakr Ahmad bin Musa bin Ibn al-'Abbas bin Mujahid al-Baghdadi
5. Al-Imam al-Hafidz al-Lughawi, Dzu al-Funun, Abu Bakr bin al-Qasim bin Basyar bin al-Anbari
Murid-muridnya
6. Al-Imam al-Hafidz an-Naqid al-'Allamah Syaikh al-Muhadditsin Abu Abdillah bin al-Bayyi' adh-Dhabbi ath-Thahmani an-Naisaburi
7. Al-Imam al-Hafidz al-Mutqin an-Nasabah Abu Muhammad Abdul Ghani bin Ali bin Said bin Basyar al-Azadi al-Mishri
8. Al-Imam al-Hafidz ats-Tsiqah al-'Allamah Syaikh al-Islam Ahmad bin Abdullah bin Ahmad bin Ishaq bin Musa al-Mihrani al-Asbahani
Dll
Karya-Karya Imam ad-Daruqutni
Di samping merawikan hadits atau mengajarkannya, kegiatan ilmiah yang ditekuninya adalah menulis buku. Banyak karya ilmiah yang sempat diselesaikannya. Di antaranya kitab al-Qirā’āt dalam bidang ilmu al-Qur’an, kitab al-‘Ilal, kitab al-Istidlāl ‘ālā aṣ-ṣahīhain, dan yang paling popular di samping kitabnya al-Ilzamat. ialah kitab as-Sunan yang terkenal dengan Sunan ad-Dāruqutni di cetak pertama kalinya di India beserta sebuah komentar dari seorang ahli hadits, Syams al-Haq Muhammad ibnu Ahmad ibnu Ali al-Abadi yang diberinya nama denganat-Ta’līq al-Mugni ‘alā ad-Dāraqutni.
Dari 385 karyanya, ada yang hilang dan ada yang masih berbentuk manuskrip, dan berikut ini adalah sebagian dari karyanya.
Al-Mujtana min as-Sunan al-Ma’tsurah ‘an an-Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, wa at-Tanbiih ‘ala ash-Shahih minha wa as-Saqim, wa Ikhtilaf an-Naqilin minha fi Alfazhiha lebih dikenal dengan Sunan ad-Daruquthni,
1. Latar Belakang Penulisan Kitab
Sangat sulit mencari sumber-sumber yang menyebutkan tentang sejak kapan Imam Daruquthni mengarang kitab sunan-nya dan motif yang melatarbelakanginya. Karena sejauh ini belum banyak buku atau kitab yang berbicara panjang lebar mengenai Imam daruquthni dan kitab sunan-nya melainkan hanya pengantar biografi dan kumpulan karyanya.
Namun demikian bila kita mencoba menarik suatu benang merah bahwa Imam Daruqutni dalam menyusun kitabnya pada zamannya tidak terlepas daripada keinginannya untuk mengaplikasikan keilmuannya, dimana beliau adalah seorang Ulama hadits yang memilki pengetahuan yang banyak tentang al-Hadits sehingga beliau dijuluki Amīrul Mukminin fī al-hadist. Sehingga ada keinginan kuat beliau untuk menciptkan kitab yang dapat digunakan sebagai standar hukum dalam kehidupan umat Islam pada zamannya.
Kitab yang beliau karang ini (sunan) merupakan salah satu andil besar beliausebagai seorang ulama untuk menciptkan suatu kitab yang memiliki karakter fiqh yang kuat. Seperti kita ketahui bahwa dalam berbagai permasalah fiqh banyak sekali terdapat ikhtilaf dikalangan ulama, maka salah satu penyusunan kitab ini akan mengarah kepada pengambilan hukum yang benar baik terhadap ibadah, muamalah dan lain-lain yang sesuai dengan apa yang diamalkan oleh Rasulullah SAW.
2. Karakteristik Kitab
Kitab Sunan Daruqutni mengkoleksi hadis yang berkenaan dengan masalah-masalah hukum dan membentuk skema yang digunakan untuk membagi-bagi koleksi semacam itu. Dari penamaannya (sunan), kitab tipe ini mengimplikasikan hadis-hadis yang dihimpun terbatas pada masalah praktik/amalan (sunan). Namun secara umum kitab-kitab tipe Sunan (seperti juga Musnad) memuat hadis-hadis hukum, amalan-amalan terpuji (fada’il al-amal), kisah-kisah, nasihat, adab, dan tafsir.
Ia membagi Sunan-nya menjadi 27 bagian (kitab) dan tiap bagian dibagi lagi menjadi bab-bab. Diantara yakni kitabthaharah terdiri dari 69 bab, haidh terdiri dari 5 bab, shalat terdiri dari 84 bab, awal kitab jum’ah terdiri dari 7 bab, al-witrterdiri dari 10 bab, ‘idain terdiri dari 5 bab, al-Istisqa, al-Janaiz terdiri dari 17 bab, Zakat terdiri dari 20 bab, Zakat fitri terdiri dari 2 bab, Puasa terdiri dari 8 bab, Hajjiterdiri dari 1 bab, Jual beli, Hudud, nikahterdiri dari 1 bab, Thalaq khulu dan ila, al-Faraid, kitab as-sair terdiri dari 1 bab, kitab wasiat terdiri dari 2 bab, kitab al-ahbas terdiri dari 3 bab, kitab umar ra. sampai Abu Musa al-‘asy-ary terdiri dari 1 bab, kitab al-asyrabah terdiri dari 2 bab dan lain-lain. Bila melihat secara seksama Daruquthni cenderung menulis kitabnya sesuai dengan bab-bab yang ada pada fiqh.
Dari beberapa bagian (kitab) ada yang tidak dibagi Daruqutnhni ke dalam bab seperti kitab al-Istisqa, kitab jual beli, kitab hudud-diyat, kitab thalaq-khulu-īla, kitab faraidh, kitab mukātab, kitab an-nawādir, kitab ar-ridhā’, kitab al-aqdhīyah dan ahkam dan kitab as-sabiq baina al-khail wa mā riwayat di dalamnya dari Nabi Muhammad SAW.
Kewafatannya
Beliau wafat pada hari kamis tanggal 8 Dzulqa’dah tahun 385 H/ 995 M. Jenazah beliau dishalatkan oleh ulama terkemuka dalam bidang fiqih pada waktu itu, yakni Abu al-Hamid al-Isfiyayiri, lalu dimakamkan di Baghdad di pemakaman Bab al-Dair dekat dengan makam Ma’ruf al-Karkhawi.
Al-Imam al-Hafidz Abu al-Hasan Ali bin Umar bin Ahmad bin Mahdi bin Mas'ud bin an-Nu'man bin Dinar bin Abdullah al-Baghdadi atau lebih dikenal dengan ad-Daruquthni lahir di Dar al-Quthn, Bagdad, Irak, pada tahun 306 H, dan wafat pada tahun 385 H adalah seorang ulama di bidang qira'at, Hadits, Bahasa Arab dan Sastra dan memiliki karya sejumlah 385, dan 40 diantaranya di bidang Hadits
Dari waktu muda ia telah mempelajari hadis di Baghdad dari tokoh-tokoh hadis di negeri itu seperti Abu al-Qasim al-Bagawi, Abu Bakar ibnu Abi Daud as-Sajastani dan Abu Muhammad ibnu Sulaiman al-Maliki. Untuk lebih mendalami ilmu yang sangat diminatinya ini, ia juga mengadakan perjalanan ke berbagai negeri, seperti ke Mesir dan ke Siria. Dari tokoh-tokoh hadis di negeri-negeri yang disinggahinya itu, ia sempat mendalami hadis dan ilmu-ilmu yang menyangkut dengannya (ulum al-hadis, jarh wa ta’dil dan sebagainya).
Ia terkenal alim dalam berbagai cabang ilmu keislaman. Dalam bidang hadits ia terkenal ahli dalam ilmu kritik hadits. Dalam ilmu al-Qur’an ia sempat mendalami dan menyusun sebuah buku yang diberi nama al-Qira’at. Sistematika buku tersebut telah dijadikan contoh oleh ulama yang menyusun ilmu al-Qur’an pada masa sesudahnya. Dalam bidang fiqh ia juga dikenal banyak mengetahui ikhtilāf (perbedaan pendapat) ulama. Siapa yang membaca buku haditsnya as-sunan yang terkenal itu dapat menggambarkan akan keaslian penyusunnya dalam bidang hukum Islam.
Terutama fiqh aliran asy-Syafi’i ia dalami dari Syekh Abu Sa’id al-Ishtikhari, yakni seorang ulama dari madzhab asy-Syafi’i yang hidup pada masa itu. Dalam bahasa Arab ia dikenal ahli dalam ilmu nahwu (tata bahasa). Begitu banyak cabang-cabang ilmu pengetahuan yang dikuasainya, sehingga diriwayatkan, banyak ahli dari berbagai bidang ilmu pengetahuan yang datang untuk bertukar pikiran padanya.
Melanglang Buana Mencari Ilmu
Dari waktu muda ia telah mempelajari hadits di Baghdad dari tokoh-tokoh hadits di negeri itu seperti Abu al-Qasim al-Bagawi, Abu Bakar ibnu Abi Daud as-Sajastani dan Abu Muhammad ibnu Sulaiman al-Maliki. Untuk lebih mendalami ilmu yang sangat diminatinya ini, ia juga mengadakan perjalanan ke berbagai negeri, seperti ke Mesir dan ke Siria. Dari tokoh-tokoh hadits di negeri-negeri yang disinggahinya itu, ia sempat mendalami hadits dan ilmu-ilmu yang menyangkut dengannya (ulum al-hadits).
Guru-guru Imam ad-Daraquthni
1. Al-Hafidz al-Hujjah al-Mu'ammar, Musnid al-Ashr Abu al-Qasim Abdullah bin Muhammad bin Abdul Aziz bin Al-Marzaban Al-Baghawi
2. Al-Qadhi al-Imam al-Muhaddits ats-Tsiqah, Musnid al-Waqt, Abu Abdillah al-Husain bin Ismail bin Sa`id adh-Dhabbi al-Baghdadi
3. Al-Imam al-Hafidz ats-Tsiqah al-Qudwah Muhammad bin Makhlad bin Hafs Abu Abdillah ad-Dauri al-Baghdadi
4. Al-Imam al-Muqri an-Nahwi, Syaikh al-Muqri'in, Abu Bakr Ahmad bin Musa bin Ibn al-'Abbas bin Mujahid al-Baghdadi
5. Al-Imam al-Hafidz al-Lughawi, Dzu al-Funun, Abu Bakr bin al-Qasim bin Basyar bin al-Anbari
Murid-muridnya
6. Al-Imam al-Hafidz an-Naqid al-'Allamah Syaikh al-Muhadditsin Abu Abdillah bin al-Bayyi' adh-Dhabbi ath-Thahmani an-Naisaburi
7. Al-Imam al-Hafidz al-Mutqin an-Nasabah Abu Muhammad Abdul Ghani bin Ali bin Said bin Basyar al-Azadi al-Mishri
8. Al-Imam al-Hafidz ats-Tsiqah al-'Allamah Syaikh al-Islam Ahmad bin Abdullah bin Ahmad bin Ishaq bin Musa al-Mihrani al-Asbahani
Dll
Karya-Karya Imam ad-Daruqutni
Di samping merawikan hadits atau mengajarkannya, kegiatan ilmiah yang ditekuninya adalah menulis buku. Banyak karya ilmiah yang sempat diselesaikannya. Di antaranya kitab al-Qirā’āt dalam bidang ilmu al-Qur’an, kitab al-‘Ilal, kitab al-Istidlāl ‘ālā aṣ-ṣahīhain, dan yang paling popular di samping kitabnya al-Ilzamat. ialah kitab as-Sunan yang terkenal dengan Sunan ad-Dāruqutni di cetak pertama kalinya di India beserta sebuah komentar dari seorang ahli hadits, Syams al-Haq Muhammad ibnu Ahmad ibnu Ali al-Abadi yang diberinya nama denganat-Ta’līq al-Mugni ‘alā ad-Dāraqutni.
Dari 385 karyanya, ada yang hilang dan ada yang masih berbentuk manuskrip, dan berikut ini adalah sebagian dari karyanya.
Al-Mujtana min as-Sunan al-Ma’tsurah ‘an an-Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, wa at-Tanbiih ‘ala ash-Shahih minha wa as-Saqim, wa Ikhtilaf an-Naqilin minha fi Alfazhiha lebih dikenal dengan Sunan ad-Daruquthni,
- Al-Ilzamat `ala ash-Shahihain al-Bukhari wa Muslim lebih dikenal dengan nama Al-Ilzamat,
- Sunan fi al-Hadits,
- Gharib al-Lughah,
- Kitab al-Afrad,
- Kitab at-Tatabbu` lima Kharaja fi ash-Shahihain lebih dikenal dengan nama At-Tatabbu,
- Kitab at-Tashhif fi al-Hadis,
- Kitab al-Jarh wa at-Ta’dil.
- Kitab al-‘Ilal fi al-Hadits lebih dikenal dengan nama Ilal al-Hadits, dicetak 2 jilid,
- Kitab al-Qira’at,
- Kitab al-Masajid,
- Al-Mukhtalaf wa al-Mu’talaf fi Asma’i ar-Rijal atau Al-Mu’talaf wa al-Mukhtalaf,
- Al-Mustajar fi al-Hadits,
- Ma’rifah Madzahib al-Fuqaha,
- Al-Ahadits allati Khulifa Fiha Imam al-Hijrah Malik bin Anas,
- Ahadits Muwaththa’ Malik, Wattifaq ar-Ruwat ‘an Malik, wa Ikhtilafuhum Fihi, wa Ziyadatuhum wa Nuqshanuhum dan sebagainya.
1. Latar Belakang Penulisan Kitab
Sangat sulit mencari sumber-sumber yang menyebutkan tentang sejak kapan Imam Daruquthni mengarang kitab sunan-nya dan motif yang melatarbelakanginya. Karena sejauh ini belum banyak buku atau kitab yang berbicara panjang lebar mengenai Imam daruquthni dan kitab sunan-nya melainkan hanya pengantar biografi dan kumpulan karyanya.
Namun demikian bila kita mencoba menarik suatu benang merah bahwa Imam Daruqutni dalam menyusun kitabnya pada zamannya tidak terlepas daripada keinginannya untuk mengaplikasikan keilmuannya, dimana beliau adalah seorang Ulama hadits yang memilki pengetahuan yang banyak tentang al-Hadits sehingga beliau dijuluki Amīrul Mukminin fī al-hadist. Sehingga ada keinginan kuat beliau untuk menciptkan kitab yang dapat digunakan sebagai standar hukum dalam kehidupan umat Islam pada zamannya.
Kitab yang beliau karang ini (sunan) merupakan salah satu andil besar beliausebagai seorang ulama untuk menciptkan suatu kitab yang memiliki karakter fiqh yang kuat. Seperti kita ketahui bahwa dalam berbagai permasalah fiqh banyak sekali terdapat ikhtilaf dikalangan ulama, maka salah satu penyusunan kitab ini akan mengarah kepada pengambilan hukum yang benar baik terhadap ibadah, muamalah dan lain-lain yang sesuai dengan apa yang diamalkan oleh Rasulullah SAW.
2. Karakteristik Kitab
Kitab Sunan Daruqutni mengkoleksi hadis yang berkenaan dengan masalah-masalah hukum dan membentuk skema yang digunakan untuk membagi-bagi koleksi semacam itu. Dari penamaannya (sunan), kitab tipe ini mengimplikasikan hadis-hadis yang dihimpun terbatas pada masalah praktik/amalan (sunan). Namun secara umum kitab-kitab tipe Sunan (seperti juga Musnad) memuat hadis-hadis hukum, amalan-amalan terpuji (fada’il al-amal), kisah-kisah, nasihat, adab, dan tafsir.
Ia membagi Sunan-nya menjadi 27 bagian (kitab) dan tiap bagian dibagi lagi menjadi bab-bab. Diantara yakni kitabthaharah terdiri dari 69 bab, haidh terdiri dari 5 bab, shalat terdiri dari 84 bab, awal kitab jum’ah terdiri dari 7 bab, al-witrterdiri dari 10 bab, ‘idain terdiri dari 5 bab, al-Istisqa, al-Janaiz terdiri dari 17 bab, Zakat terdiri dari 20 bab, Zakat fitri terdiri dari 2 bab, Puasa terdiri dari 8 bab, Hajjiterdiri dari 1 bab, Jual beli, Hudud, nikahterdiri dari 1 bab, Thalaq khulu dan ila, al-Faraid, kitab as-sair terdiri dari 1 bab, kitab wasiat terdiri dari 2 bab, kitab al-ahbas terdiri dari 3 bab, kitab umar ra. sampai Abu Musa al-‘asy-ary terdiri dari 1 bab, kitab al-asyrabah terdiri dari 2 bab dan lain-lain. Bila melihat secara seksama Daruquthni cenderung menulis kitabnya sesuai dengan bab-bab yang ada pada fiqh.
Dari beberapa bagian (kitab) ada yang tidak dibagi Daruqutnhni ke dalam bab seperti kitab al-Istisqa, kitab jual beli, kitab hudud-diyat, kitab thalaq-khulu-īla, kitab faraidh, kitab mukātab, kitab an-nawādir, kitab ar-ridhā’, kitab al-aqdhīyah dan ahkam dan kitab as-sabiq baina al-khail wa mā riwayat di dalamnya dari Nabi Muhammad SAW.
Kewafatannya
Beliau wafat pada hari kamis tanggal 8 Dzulqa’dah tahun 385 H/ 995 M. Jenazah beliau dishalatkan oleh ulama terkemuka dalam bidang fiqih pada waktu itu, yakni Abu al-Hamid al-Isfiyayiri, lalu dimakamkan di Baghdad di pemakaman Bab al-Dair dekat dengan makam Ma’ruf al-Karkhawi.
0 comments:
Post a Comment