Abu Sofyan Bin Harb
Abu Sofyan Bin Harb [Bapak Para Pemuda Surga]
Shakhr bin Harb bin Umayyah bin Abdus Syams bin Abdi Manaf ), yang tersohor dengan Abu Sufyan. termasuk tokoh terkemuka Arab pada saat Islam muncul. Di awal dakwah Rasulullah saw, ia termasuk musuh terkeras beliau dan dalam Perang Badar, Uhud dan Khandaq aktif melawan kaum muslim.
Abu Sufyan memeluk Islam pada tahun 8 H/629 dan diangkat oleh Rasulullah saw sebagai gubernur Najran. Ia berkompromi dengan Khalifah Pertama dan Khalifah Kedua serta mendukung kekhalifahan Utsman. Anaknya Muawiyah memiliki peran penting pada abad pertama dan mendirikan dinasti kekhalifahan Umawi.
Kelahiran dan Nasab
Shakhr bin Harb bin Umayyah bin Abdus Syams bin Abdi Manaf, terkenal dengan Abu Sufyan, yang terkadang ia disebut juga dengan panggilan Abu Handzalah.[1] Kakek ketiganya bertemu dengan kakek Rasulullah saw (Abdi Manaf). Tahun kelahirannya tidak jelas, menurut sebuah riwayat ia lahir 10 tahun sebelum tahun Gajah (560).[2]
Ibunya, Shafiyah binti Hazn bin Bujair bin Huzam dan ayahnya Harb, pada saat itu adalah pemimpin Bani Umayyah dan pemimpin dalam Perang Fijar.[3]
Tokoh Politik dan Sosial
Kendati Abu Sufyan tersohor dalam sejarah di era awal Islam, namun biografinya, terkhusus di masa sebelum Islam tidak diketahui secara lengkap dan mendetail. Dari sebagian indikasi para sejarawan dituturkan bahwa sebelum Islam, ia termasuk salah seorang pembesar Quraisy dan memiliki bisnis dagang.[4] Ibnu Habib [5] menyebutnya sebagai salah seorang penguasa Quraisy. Ia termasuk petinggi Quraisy dan termasuk salah satu dari empat orang yang perintahnya berpengaruh pada masa Jahiliyah.[6]
Dengan dimulainya dakwah Rasulullah saw, Abu Sufyan termasuk musuh beliau yang terkeras. Namun dengan segala penentangannya itu, ia masih dianggap lebih sedikit lunak dibanding para dedengkot Quraisy lainnya semisal Abu Jahal dan Abu Lahab.[7]
Meski ia memeluk Islam pasca "fathu makkah", ucapan yang dinisbatkan kepadanya dalam peristiwa "Riddah" menunjukkan implikasi dan atensi Abu Sufyan akan ajaran-ajaran masa lampau.[8] Ibnu Habib [9] menyebutnya sebagai "Zindiq" Quraisy.
Abu Sufyan juga meriwayatkan hadis-hadis dari Rasulullah saw.[10]
Berhadap-hadapan dengan Rasulullah saw
Perang Badar
Di tahun kedua hijrah Rasullah saw dari Mekah ke Madinah, Abu Sufyan yang menjadi pemimpin kafilah dagang kembali dari Syam. Rasulullah saw dengan sejumlah pasukan memutuskan untuk menyerang mereka, namun Abu Sufyan, dari satu sisi meminta bantuan Quraisy dan dari sisi lain, dengan cerdik merubah rute dan menghantarkan rombongan sampai ke Mekah. Meski rombongan terselamatkan dari bahaya, namun Abu Jahal masih murka atas ancaman Nabi saw, yang pada akhirnya memutuskan untuk tidak kembali ke Mekah guna berperang dengan orang-orang Yatsrib.[11]
Di perang Badar, orang-orang Quraisy mengalami kekalahan dan Handzalah, putra Abu Sufyan terbunuh dan anak laki-laki lainnya Amr ditawan, yang kemudian dibebaskan. [12]
Pembakaran Pohon Kurma Madinah
Kekalahan dalam perang Badar amatlah berat bagi orang-orang Quraisy dan mereka kembali memutuskan untuk memerangi Rasulullah saw dan kaum muslim. Dengan demikian, Abu Sufyan dengan 200 pasukan berkuda Quraisy bergerak menuju Madinah dan setelah negosiasi dengan Sallam bin Misykam, ketua Bani Nadhir, lantas mengutus seseorang ke Madinah dan di sebuah tempat bernama Uraidh mereka membakar kebun-kebun kurma dan melarikan diri. Rasulullah saw mengejar Abu Sufyan, namun tidak menemukannya dan beliau kembali. [13]
Perang Uhud
Pada tahun 3 H/624, Abu Sufyan dengan menjadi pemimpin pasukan besar yang hendak membalas dendam terhadap kaum muslimin, bergerak menuju Madinah. [14] Di kawasan Uhud, di dekat Madinah, terjadilah perang dimana kaum muslim mengalami kekalahan dan sejumlah jawara seperti Hamzah, paman Nabi saw gugur. Setelah perang, Abu Sufyan naik ke atas gunung dan dengan menyanjung berhala-berhala, kembali mengajak Rasulullah saw bertempur di Badar.[15]
Tahun berikutnya, Rasulullah saw datang ke Badar, namun Abu Sufyan sebelum tiba ke tempat yang sudah dijanjikan, menghentikan orang-orang Quraisy dan mereka kembali ke Mekah.[16]
Perang Khandaq
Tahun berikutnya, Abu Sufyan dengan bantuan orang-orang Yahudi Madinah, melangsungkan perang Khandaq guna menentang Rasulullah saw,[17] namun dengan tadbir dan kecerdikan Nabi saw, pasukan Abu Sufyan dan para sekutunya kembali dengan kegagalan dan Madinah pun terbebaskan. [18]
Satu tahun setelah perang Khandaq, terjalinlah perjanjian Hudaibiyah antara Rasulullah saw dan orang-orang musyrikin. Namun belum sampai dua tahun dari perjanjian ini, Quraisy pun melanggarnya. Abu Sufyan sendiri datang ke Madinah guna meminta maaf, namun tidak ada seorangpun yang mempedulikannya, dan permintaan maafnya tidak diterima.[19]
Islam Abu Sufyan
Akhirnya, setelah permusuhan dan beragam pertempuran, Abu Sufyan pada tahun 8 H/629, saat penaklukan Kota Mekah, dengan bantuan dan perantara Abbas bin Abdul Mutthalib, menemui Rasulullah saw dan memeluk Islam,[20] dan beliau mengumumkan rumahnya sebagai tempat berlindung yang aman.[21] Setelah itu Abu Sufyan dan keluarganya termasuk dalam barisan kaum muslim.[22] Dan pada tahun itu juga, Abu Sufyan menjadi pemimpin kelompok perang dalam pertempuran Hunain dan di penghujung pertempuran, Rasulullah saw memberikan banyak rampasan perang ke Abu Sufyan dan keturunannya. [23]
Menurut sebagian pendapat; Rasulullah saw mengangkat Abu Sufyan menjadi pemimpin Najran [24] dan tentunya pendapat ini juga ada yang menyanggahnya.[25]
Menurut sebagian referensi dalam pertempuran Thaif, Abu Sufyan kehilangan satu matanya.[26] Setelah itu, Rasulullah saw mengutus Abu Sufyan ke Thaif untuk mengumpulkan sedekah. [27]
Abu Sufyan dan Tiga Khalifah
Dari penggalan riwayat dikemukakan saat Rasulullah saw wafat, Abu Sufyan menjadi gubernur Najran [28] dan kemudian datang ke Mekah dan tinggal beberapa hari di situ, kemudian pergi ke Madinah dan tinggal di kota tersebut.
Abu Sufyan dan Kekhalifahan Abu Bakar
Setelah Abu Bakar memegang tampuk kekhalifahan, Abu Sufyan resah karena melihat kekhalifahan dipegang oleh seseorang dari klan Quraisy yang paling rendah, ia tidak menerima dan mencari jalan bagaimana cara membangkitkan konflik. [29]
Kendati demikian, dia pada tahun 15 H, ikut berpartisipasi dalam perang Yarmuk, yang dipimpin oleh Yazid, putranya sendiri dan mensuport pasukan Islam untuk tegar dalam bertempur. [30]
Dikatakan, bahwa ia juga kehilangan mata satunya dalam pertempuran ini. [31]
Abu Sufyan dan Kekhalifahan Umar
Dari sebagian riwayat disebutkan bahwa Abu Sufyan melarang anaknya, Muawiyah untuk menentang Umar dan menganjurkannya agar mengikutinya.[32] Abu Sufyan pada masa Umar, nampaknya melakukan beberapa kesalahan, dan karenanya ia dicela.
Abu Sufyan dan Kekhalifahan Utsman
Setelah Utsman memegang tampuk khilafah, Abu Sufyan mendekatinya dan di tengah-tengah Bani Umayyah mengatakan, sekarang ini bola kekhilafahan jatuh ke tangan kalian, maka putarkanlah di tengah-tengah kalian dan jangan biarkan keluar dan lepas dari tangan kalian.[33]
Mangkat
Tahun mangkatnya secara tepat tidak terlalu jelas. Menurut Waqidi, [34] kematiannya terjadi 5 tahun sebelum pembunuhan Utsman di tahun 30 H/650, namun mereka juga memuat kematiannya pada tahun-tahun 31-33 H/652-654. [35]
10 Keutamaan Abu Sofyan :
Shakhr bin Harb bin Umayyah bin Abdus Syams bin Abdi Manaf ), yang tersohor dengan Abu Sufyan. termasuk tokoh terkemuka Arab pada saat Islam muncul. Di awal dakwah Rasulullah saw, ia termasuk musuh terkeras beliau dan dalam Perang Badar, Uhud dan Khandaq aktif melawan kaum muslim.
Abu Sufyan memeluk Islam pada tahun 8 H/629 dan diangkat oleh Rasulullah saw sebagai gubernur Najran. Ia berkompromi dengan Khalifah Pertama dan Khalifah Kedua serta mendukung kekhalifahan Utsman. Anaknya Muawiyah memiliki peran penting pada abad pertama dan mendirikan dinasti kekhalifahan Umawi.
Kelahiran dan Nasab
Shakhr bin Harb bin Umayyah bin Abdus Syams bin Abdi Manaf, terkenal dengan Abu Sufyan, yang terkadang ia disebut juga dengan panggilan Abu Handzalah.[1] Kakek ketiganya bertemu dengan kakek Rasulullah saw (Abdi Manaf). Tahun kelahirannya tidak jelas, menurut sebuah riwayat ia lahir 10 tahun sebelum tahun Gajah (560).[2]
Ibunya, Shafiyah binti Hazn bin Bujair bin Huzam dan ayahnya Harb, pada saat itu adalah pemimpin Bani Umayyah dan pemimpin dalam Perang Fijar.[3]
Tokoh Politik dan Sosial
Kendati Abu Sufyan tersohor dalam sejarah di era awal Islam, namun biografinya, terkhusus di masa sebelum Islam tidak diketahui secara lengkap dan mendetail. Dari sebagian indikasi para sejarawan dituturkan bahwa sebelum Islam, ia termasuk salah seorang pembesar Quraisy dan memiliki bisnis dagang.[4] Ibnu Habib [5] menyebutnya sebagai salah seorang penguasa Quraisy. Ia termasuk petinggi Quraisy dan termasuk salah satu dari empat orang yang perintahnya berpengaruh pada masa Jahiliyah.[6]
Dengan dimulainya dakwah Rasulullah saw, Abu Sufyan termasuk musuh beliau yang terkeras. Namun dengan segala penentangannya itu, ia masih dianggap lebih sedikit lunak dibanding para dedengkot Quraisy lainnya semisal Abu Jahal dan Abu Lahab.[7]
Meski ia memeluk Islam pasca "fathu makkah", ucapan yang dinisbatkan kepadanya dalam peristiwa "Riddah" menunjukkan implikasi dan atensi Abu Sufyan akan ajaran-ajaran masa lampau.[8] Ibnu Habib [9] menyebutnya sebagai "Zindiq" Quraisy.
Abu Sufyan juga meriwayatkan hadis-hadis dari Rasulullah saw.[10]
Berhadap-hadapan dengan Rasulullah saw
Perang Badar
Di tahun kedua hijrah Rasullah saw dari Mekah ke Madinah, Abu Sufyan yang menjadi pemimpin kafilah dagang kembali dari Syam. Rasulullah saw dengan sejumlah pasukan memutuskan untuk menyerang mereka, namun Abu Sufyan, dari satu sisi meminta bantuan Quraisy dan dari sisi lain, dengan cerdik merubah rute dan menghantarkan rombongan sampai ke Mekah. Meski rombongan terselamatkan dari bahaya, namun Abu Jahal masih murka atas ancaman Nabi saw, yang pada akhirnya memutuskan untuk tidak kembali ke Mekah guna berperang dengan orang-orang Yatsrib.[11]
Di perang Badar, orang-orang Quraisy mengalami kekalahan dan Handzalah, putra Abu Sufyan terbunuh dan anak laki-laki lainnya Amr ditawan, yang kemudian dibebaskan. [12]
Pembakaran Pohon Kurma Madinah
Kekalahan dalam perang Badar amatlah berat bagi orang-orang Quraisy dan mereka kembali memutuskan untuk memerangi Rasulullah saw dan kaum muslim. Dengan demikian, Abu Sufyan dengan 200 pasukan berkuda Quraisy bergerak menuju Madinah dan setelah negosiasi dengan Sallam bin Misykam, ketua Bani Nadhir, lantas mengutus seseorang ke Madinah dan di sebuah tempat bernama Uraidh mereka membakar kebun-kebun kurma dan melarikan diri. Rasulullah saw mengejar Abu Sufyan, namun tidak menemukannya dan beliau kembali. [13]
Perang Uhud
Pada tahun 3 H/624, Abu Sufyan dengan menjadi pemimpin pasukan besar yang hendak membalas dendam terhadap kaum muslimin, bergerak menuju Madinah. [14] Di kawasan Uhud, di dekat Madinah, terjadilah perang dimana kaum muslim mengalami kekalahan dan sejumlah jawara seperti Hamzah, paman Nabi saw gugur. Setelah perang, Abu Sufyan naik ke atas gunung dan dengan menyanjung berhala-berhala, kembali mengajak Rasulullah saw bertempur di Badar.[15]
Tahun berikutnya, Rasulullah saw datang ke Badar, namun Abu Sufyan sebelum tiba ke tempat yang sudah dijanjikan, menghentikan orang-orang Quraisy dan mereka kembali ke Mekah.[16]
Perang Khandaq
Tahun berikutnya, Abu Sufyan dengan bantuan orang-orang Yahudi Madinah, melangsungkan perang Khandaq guna menentang Rasulullah saw,[17] namun dengan tadbir dan kecerdikan Nabi saw, pasukan Abu Sufyan dan para sekutunya kembali dengan kegagalan dan Madinah pun terbebaskan. [18]
Satu tahun setelah perang Khandaq, terjalinlah perjanjian Hudaibiyah antara Rasulullah saw dan orang-orang musyrikin. Namun belum sampai dua tahun dari perjanjian ini, Quraisy pun melanggarnya. Abu Sufyan sendiri datang ke Madinah guna meminta maaf, namun tidak ada seorangpun yang mempedulikannya, dan permintaan maafnya tidak diterima.[19]
Islam Abu Sufyan
Akhirnya, setelah permusuhan dan beragam pertempuran, Abu Sufyan pada tahun 8 H/629, saat penaklukan Kota Mekah, dengan bantuan dan perantara Abbas bin Abdul Mutthalib, menemui Rasulullah saw dan memeluk Islam,[20] dan beliau mengumumkan rumahnya sebagai tempat berlindung yang aman.[21] Setelah itu Abu Sufyan dan keluarganya termasuk dalam barisan kaum muslim.[22] Dan pada tahun itu juga, Abu Sufyan menjadi pemimpin kelompok perang dalam pertempuran Hunain dan di penghujung pertempuran, Rasulullah saw memberikan banyak rampasan perang ke Abu Sufyan dan keturunannya. [23]
Menurut sebagian pendapat; Rasulullah saw mengangkat Abu Sufyan menjadi pemimpin Najran [24] dan tentunya pendapat ini juga ada yang menyanggahnya.[25]
Menurut sebagian referensi dalam pertempuran Thaif, Abu Sufyan kehilangan satu matanya.[26] Setelah itu, Rasulullah saw mengutus Abu Sufyan ke Thaif untuk mengumpulkan sedekah. [27]
Abu Sufyan dan Tiga Khalifah
Dari penggalan riwayat dikemukakan saat Rasulullah saw wafat, Abu Sufyan menjadi gubernur Najran [28] dan kemudian datang ke Mekah dan tinggal beberapa hari di situ, kemudian pergi ke Madinah dan tinggal di kota tersebut.
Abu Sufyan dan Kekhalifahan Abu Bakar
Setelah Abu Bakar memegang tampuk kekhalifahan, Abu Sufyan resah karena melihat kekhalifahan dipegang oleh seseorang dari klan Quraisy yang paling rendah, ia tidak menerima dan mencari jalan bagaimana cara membangkitkan konflik. [29]
Kendati demikian, dia pada tahun 15 H, ikut berpartisipasi dalam perang Yarmuk, yang dipimpin oleh Yazid, putranya sendiri dan mensuport pasukan Islam untuk tegar dalam bertempur. [30]
Dikatakan, bahwa ia juga kehilangan mata satunya dalam pertempuran ini. [31]
Abu Sufyan dan Kekhalifahan Umar
Dari sebagian riwayat disebutkan bahwa Abu Sufyan melarang anaknya, Muawiyah untuk menentang Umar dan menganjurkannya agar mengikutinya.[32] Abu Sufyan pada masa Umar, nampaknya melakukan beberapa kesalahan, dan karenanya ia dicela.
Abu Sufyan dan Kekhalifahan Utsman
Setelah Utsman memegang tampuk khilafah, Abu Sufyan mendekatinya dan di tengah-tengah Bani Umayyah mengatakan, sekarang ini bola kekhilafahan jatuh ke tangan kalian, maka putarkanlah di tengah-tengah kalian dan jangan biarkan keluar dan lepas dari tangan kalian.[33]
Mangkat
Tahun mangkatnya secara tepat tidak terlalu jelas. Menurut Waqidi, [34] kematiannya terjadi 5 tahun sebelum pembunuhan Utsman di tahun 30 H/650, namun mereka juga memuat kematiannya pada tahun-tahun 31-33 H/652-654. [35]
10 Keutamaan Abu Sofyan :
- Abu Sufyan adalah anak dari Al Harits bin Abdul Mutholib. Al Harits adalah saudara Abdullah ayah Nabi Muhammad. Jadi, Abu Sufyan adalah saudara sepupu Rasulullah. Abu Sufyan sebaya dengan Rasulullah yang waktu lahirnya pun hampir bersamaan.
- Abu Sufyan dan Nabi Muhammad adalah saudara sepersusuan. Beliau berdua sama-sama menyusu kepada Halimah As Sa’diyah. Sebelum kenabian, beliau berdua adalah sahabat yang sangat akrab. Wajah Abu Sufyan pun mirip dengan Rasulullah.
- Meskipun Abu Sufyan sebelum masuk Islam sangat memerangi kaum muslimin dan Rasulullah, namun setelah masuk Islam Abu Sufyan benar-benar bertaubat dan merasa malu dengan perbuatannya yang telah lalu.
- Abu Sufyan sangat bingung menyerahkan diri kesana kemari saat Fatkhu Mekah karena takut tidak dimaafkan oleh Allah dan RasulNya atas banyak kesalahan yang dilakukannya sebelum masuk Islam.
- Abu Sufyan sangat gembira ketika Rasulullah menyampaikan bahwa Allah telah mengampuninya sampai ia bersyujud dikaki Muhammad.
- Sejak Masuk Islam, Abu Sufyan bersemangat dalam perang Hunain melawan orang kafir mekah yang sangat banyak.
- Abu Sufyan bertaubat dengan taubat yang sesungguhnya. Maka dari itu, Abu Sufyan selalu menundukkan kepala dan tidak pernah berani menatap Rasulullah lantaran malu atas perbuatan dan dosa-dosanya di masa lalu.
- Suatu kali, ketika abu Sufyan memasuki masjid, Rasulullah bertanya kepada Aisyah: “wahai Aisyah, taukah engkau siapa yang datang ke masjid itu?” “tidak ya Rasulullah.” Jawab Aisyah. “itu adalah putra pamanku yaitu Abu Sufyan bin al-Harits,” Rasulullah menjelaskan, “perhatikan, dia orang pertama yang masuk masjid dan yang paling akhir keluar dari masjid. Matanya tak pernah lepas dari terompahnya.”(maksudnya, kalau berjalan selalu menunduk).
- Rasulullah pernah bersabda: “abu Sufyan Ibnu Harits adalah bapak para pemuda surga.”
- Sebelum wafatnya, Abu Sufyan berpesan kepada anak dan istrinya: “jangan tangisi aku, demi Allah aku tak pernah melakukan kesalahan sejak masuk Islam.”
0 comments:
Post a Comment