Abu Jahal [Amr Bin Hisyam]
Abu Jahal [Amr Bin Hisyam]
Amr bin Hisyām lahir tahun 570 – meninggal 17 Maret 624 pada umur 53/54 tahun) atau Abu Jahal (artinya Bapak Kebodohan) adalah salah seorang pemimpin penduduk Mekkah, yang terkenal akan permusuhannya terhadap kaum Muslim. Ia memiliki anak yang memeluk agama Islam dan diyakini oleh umat Islam sebagai salah seorang syuhada, ia bernama Ikrimah. Amr bin Hisyam mati terbunuh dalam Perang Badar, yang terjadi pada tahun ke-2 Hijriyah. Abu Jahal telah dicatat dalam Al Qur'an sebagai salah satu ahli Neraka Jahannam
Abu Jahal dan Abu Lahab
Abu Jahal berbeda dengan Abu Lahab. Abu Jahal bukanlah seorang paman atau kerabat Muhammad tidak seperti Abu Lahab. Muhammad berasal dari Bani Hasyim, sedangkan Abu Jahal berasal dari Bani Makhzum meskipun keduanya berasal dari satu suku yang sama (Quraisy). Abu Jahal juga dikenal sebagai Asadul ahlaf (singa dari kelompok penentang yang telah bersumpah untuk memerangi Islam dan Muhammad).
Nama Julukannya adalah "Abu al-Hakam" "Bapak kebijaksanaan" karena ia adalah seorang pria yang terkenal akan kebijaksanaan dan kecerdasannya sehingga para tetua Quraisy sering meminta bantuannya dalam menghadapi masalah. Bahkan pada usia tiga puluh tahun, ia diundang untuk menghadiri majelis khusus yang diadakan di Dār'un Nadwa, kediaman milik Hakim bin Hazm. Padahal, usia minimal yang diperlukan jika ingin hadir pada pertemuan tersebut adalah empat puluh tahun.
'Amr bin Hisyam selalu memusuhi Muhammad dan menolak dakwah dan kenabiannya. Oleh karena itu Muhammad menyebut dirinya sebagai Abu Jahal "Bapak Kebodohan".
Kebencian Abu Jahal alias Amr bin Hisyam terhadap Rasulullah SAW begitu masyhur. Seperti diceritakan KH Moenawar Khalil dalam Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad (Vol 1), suatu kali Abu Jahal melihat Nabi SAW pergi ke masjid. Tiba-tiba, dia langsung menghardik dan melarang beliau SAW untuk mengerjakan shalat.
“Muhammad, apakah engkau marah dan berang kepadaku? Apakah engkau berani mengancam aku? Tidakkah engkau tahu bahwa aku ini seorang yang berharta banyak dan punya banyak kawan? Beranikah engkau padaku?” ketus Abu Jahal.
Rasulullah SAW bersikap sabar terhadapnya. Tidak menjawab sepatah kata pun. Turunlah wahyu dari Allah SWT, surah al-Alaq ayat 6-14.
Artinya, “Ketahuilah, sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas; Karena dia melihat dirinya serba cukup; Sesungguhnya hanya kepada Tuhanmulah kembali(mu); Bagaimana pendapatmu tentang orang yang melarang; Seorang hamba ketika mengerjakan shalat; Bagaimana pendapatmu jika orang yang melarang itu berada di atas kebenaran; Atau dia menyuruh bertakwa (kepada Allah)?; Bagaimana pendapatmu jika orang yang melarang itu mendustakan dan berpaling?; Tidaklah dia mengetahui bahwa sesungguhnya Allah melihat segala perbuatannya?”
Keesokan harinya, Abu Jahal bertindak lebih parah. Dia mengangkut sebuah batu besar dari atas bukit, untuk kemudian dijatuhkannya ke muka masjid. Setelah itu, pemuka musyrikin ini menunggu Nabi SAW datang.
Rasulullah SAW tiba di lokasi dan tidak paham apa maksud Abu Jahal dengan perbuatannya itu. Beliau SAW lalu shalat di samping Ka’bah, tepatnya di Maqam Ibrahim.
Bak orang yang kalap, Abu Jahal lantas maju, hendak menjatuhkan batu tadi ke atas kepala Nabi SAW yang sedang sujud dalam shalatnya. Namun, belum sempat dia melakukan itu, tubuhnya tiba-tiba bergetar ketakutan.
Abu Jahal pun lari pontang-panting, sementara kawan-kawannya melihat dari kejauhan. Mereka menghampirinya dan bertanya, “Abul Hakam, mengapa tidak jadi melemparkan batu itu?”
Pertanyaan mereka dijawab Abu Jahal dengan suara parau, “Karena tiba-tiba di mukaku ada seekor unta yang amat besar, rupanya putih, yang telah membuka mulutnya di dekat kepalaku. Seumur hidupku belum pernah aku melihat unta sebesar itu, sebuas itu. Aku lari, takut bila unta itu memburuku.”
Dalam riwayat lain, Abu Jahal hendak menginjak tengkuk Nabi SAW ketika utusan Allah SWT itu bersujud dalam shalatnya. Namun, sebelum tindakan bodoh itu tuntas, yang bersangkutan sudah dicekam ketakutan, sehingga lari sekuat tenaga.
“Antara aku dan Muhammad ada sebuah parit dari api dan ada pula beberapa sayap,” kata Abu Jahal kepada kawan-kawannya kemudian.
Itulah asbabun nuzul surah al-Alaq ayat 15-19: “Ketahuilah, sungguh jika dia tidak berhenti (berbuat demikian), niscaya Kami tarik ubun-ubunnya; (Yaitu) ubun-ubun orang yang mendustakan lagi durhaka; Maka biarlah dia memanggil golongannya (untuk menolongnya); kelak Kami akan memanggil malaikat Zabaniyah; Sekali-kali jangan, janganlah kamu patuh kepadanya, dan sujudlah dan dekatkanlah (dirimu kepada Tuhan).”
Mengejek Rasulullah SAW
Kisah lainnya terjadi ketika Nabi SAW sedang berada di masjid bersama dengan beberapa sahabat. Ketika lewat, Abu Jahal mendapati beliau SAW sedang shalat. Dia pun segera menemui teman-temannya, “Apa tidak ada di antara kalian yang memiliki kotoran dari sembelihan binatang yang sudah lama dan membusuk?” tanya dia.
Uqbah bin Abi Mua’ith, yang ada di antara mereka, lalu membawakan kepadanya kotoran yang dimaksud. Abu Jahal lalu melemparkan kotoran ke atas kepala Nabi SAW, yang sedang sujud di masjid. Melihatnya, orang-orang musyrikin itu tertawa terbahak-bahak.
Waktu itu, keadaan kaum Muslimin masih sangat lemah. Mereka tidak berani melawan Abu Jahal dan komplotannya. Seorang sahabat Nabi SAW kemudian berinisiatif pergi ke rumah beliau SAW untuk mengabarkan kejadian itu.
athimah dengan tergopoh-gopoh mendatangi masjid. Putri Rasulullah SAW itu langsung membuang kotoran dari atas kepala ayahandanya. Sesudah itu, barulah Nabi SAW mengangkat kepalanya dari sujudnya, seraya berdoa, “Ya Allah, hanya kepada Engkau aku menyerahkan keadaan kaum Quraisy.”
Mendengar doa itu, Abu Jahal dan kawan-kawan justru semakin keras tertawa. Mereka mengejek Rasulullah SAW. Nabi SAW memilih tidak meladeninya, untuk kemudian pulang ke rumah.
Terbunuhnya Abu Jahal
Abu Jahal terjebak dalam kebingungan yang sangat buruk dari apa yang dia lihat, dia berusaha membendung badai kekalahan yang menenggelamkan kaumnya. Maka dia berdiri sambil berteriak dalam keadaan geram dan sombong, “Demi Laata dan Uzza, kami tidak akan kembali hingga kami mengikat Muhammad beserta para sahabatnya dengan tali, dan janganlah seorang dari kalian merasa iba hanya dengan membunuh satu orang dari mereka. Berilah mereka pelajaran yang sebenarnya, hingga mereka tahu akibat perbuatan mereka menyelisihi agama kalin, dan membenci apa yang disembah oleh nenek moyang mereka.”
Lenyaplah teriakan itu ditelan lembah Badr, hanya saja penentangan dan kesengsaraannya menggambarkan kesombongan dan kecongkakan paling keji hingga nafas yang terakhir. Karena itu dia berperang membabi buta membabat apa yang di depannya. Kemudian dia terjun ke dalam kecamuk perang seraya berkata:
“Apa yang dilakukan oleh peperangan yang sengit ini terhadapku… Aku ibarat anak dua tahun, yang baru keluar giginya… Seperti inilah ibuku melahirkanku…”
Kaum musyrikin mengelilingi si jahat Abu Jahal seraya berkata, “Abul Hakam tidak bisa mengatasi keadaan.”
Mereka mengelilinginya hingga ia persis di tengah-tengah bagaikan pepohonan yang mengelilingi hutan, padahal alangkah cepatnya hutan itu lenyap seperti batang kurma yang lapuk, dan terkaparlah Abu Jahal pingsan nafasnya terengah-engah karena tusukan panah para pahlawan serta pedang-pedang mereka yang menebasnya. Kematian menunggu untuk meminum darahnya, dengan perantara tangan dua orang anak kecil dari Anshar, juga tangan orang-orang lemah yang merasakan seburuk-buruk penyiksaan dari Abu Jahal di Mekah.
Inilah Firaun-nya Ummat Ini
Tatkala peperangan telah reda, kaum musyrikin lari dengan kekalahan. Kaum muslimin bergembira dengan apa yang dibukakan Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada mereka, berupa kemenangan ini. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapa yang mau memperlihatkan pada kami apa yang diperbuat Abu Jahal?”
Maka Ibnu Mas’ud bergegas pergi, lalu dia mendapati Abu Jahal telah dipukuli oleh dua putra Afraa –Mu’awwidz dan Mu’adz- hingga, ia menjadi dingin. Ibnu Mas’ud mengambil jenggotnya seraya berkata, “Engkau Abu Jahal?”
Dia berkata, “Giliran siapa hari ini?’
Ibnu Mas’ud menjawab, “Allah dan Rasul-Nya, bukankah Allah telah menghinakanmu wahai musuh Allah?”
Abu Jahal berkata, “Apakah ada yang lebih hebat dari lelaki yang dibunuh kaumnya?”
Maka Abdullah membunuhnya, kemudian dia mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam seraya berkata, “Aku telah membunuhnya.”
Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Demi Allah yang tiada Ilah yang berhak disembah selain Dia.” Beliau pun mengulang-ulang kalimat ini tiga kali. Kemudian bersabda, “Allahu Akbar segala puji bagi Allah, Maha benar janji-Nya, menolong hamba-Nya dan memporak-porandakan pasukan, pergi dan perlihatkanlah padaku.”
Maka kami bergegas pergi, lantas kuperlihatkan kepada Beliau, kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Inilah Fir’aunnya umat ini.”
Amr bin Hisyām lahir tahun 570 – meninggal 17 Maret 624 pada umur 53/54 tahun) atau Abu Jahal (artinya Bapak Kebodohan) adalah salah seorang pemimpin penduduk Mekkah, yang terkenal akan permusuhannya terhadap kaum Muslim. Ia memiliki anak yang memeluk agama Islam dan diyakini oleh umat Islam sebagai salah seorang syuhada, ia bernama Ikrimah. Amr bin Hisyam mati terbunuh dalam Perang Badar, yang terjadi pada tahun ke-2 Hijriyah. Abu Jahal telah dicatat dalam Al Qur'an sebagai salah satu ahli Neraka Jahannam
Abu Jahal dan Abu Lahab
Abu Jahal berbeda dengan Abu Lahab. Abu Jahal bukanlah seorang paman atau kerabat Muhammad tidak seperti Abu Lahab. Muhammad berasal dari Bani Hasyim, sedangkan Abu Jahal berasal dari Bani Makhzum meskipun keduanya berasal dari satu suku yang sama (Quraisy). Abu Jahal juga dikenal sebagai Asadul ahlaf (singa dari kelompok penentang yang telah bersumpah untuk memerangi Islam dan Muhammad).
Nama Julukannya adalah "Abu al-Hakam" "Bapak kebijaksanaan" karena ia adalah seorang pria yang terkenal akan kebijaksanaan dan kecerdasannya sehingga para tetua Quraisy sering meminta bantuannya dalam menghadapi masalah. Bahkan pada usia tiga puluh tahun, ia diundang untuk menghadiri majelis khusus yang diadakan di Dār'un Nadwa, kediaman milik Hakim bin Hazm. Padahal, usia minimal yang diperlukan jika ingin hadir pada pertemuan tersebut adalah empat puluh tahun.
'Amr bin Hisyam selalu memusuhi Muhammad dan menolak dakwah dan kenabiannya. Oleh karena itu Muhammad menyebut dirinya sebagai Abu Jahal "Bapak Kebodohan".
Kebencian Abu Jahal alias Amr bin Hisyam terhadap Rasulullah SAW begitu masyhur. Seperti diceritakan KH Moenawar Khalil dalam Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad (Vol 1), suatu kali Abu Jahal melihat Nabi SAW pergi ke masjid. Tiba-tiba, dia langsung menghardik dan melarang beliau SAW untuk mengerjakan shalat.
“Muhammad, apakah engkau marah dan berang kepadaku? Apakah engkau berani mengancam aku? Tidakkah engkau tahu bahwa aku ini seorang yang berharta banyak dan punya banyak kawan? Beranikah engkau padaku?” ketus Abu Jahal.
Rasulullah SAW bersikap sabar terhadapnya. Tidak menjawab sepatah kata pun. Turunlah wahyu dari Allah SWT, surah al-Alaq ayat 6-14.
Artinya, “Ketahuilah, sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas; Karena dia melihat dirinya serba cukup; Sesungguhnya hanya kepada Tuhanmulah kembali(mu); Bagaimana pendapatmu tentang orang yang melarang; Seorang hamba ketika mengerjakan shalat; Bagaimana pendapatmu jika orang yang melarang itu berada di atas kebenaran; Atau dia menyuruh bertakwa (kepada Allah)?; Bagaimana pendapatmu jika orang yang melarang itu mendustakan dan berpaling?; Tidaklah dia mengetahui bahwa sesungguhnya Allah melihat segala perbuatannya?”
Keesokan harinya, Abu Jahal bertindak lebih parah. Dia mengangkut sebuah batu besar dari atas bukit, untuk kemudian dijatuhkannya ke muka masjid. Setelah itu, pemuka musyrikin ini menunggu Nabi SAW datang.
Rasulullah SAW tiba di lokasi dan tidak paham apa maksud Abu Jahal dengan perbuatannya itu. Beliau SAW lalu shalat di samping Ka’bah, tepatnya di Maqam Ibrahim.
Bak orang yang kalap, Abu Jahal lantas maju, hendak menjatuhkan batu tadi ke atas kepala Nabi SAW yang sedang sujud dalam shalatnya. Namun, belum sempat dia melakukan itu, tubuhnya tiba-tiba bergetar ketakutan.
Abu Jahal pun lari pontang-panting, sementara kawan-kawannya melihat dari kejauhan. Mereka menghampirinya dan bertanya, “Abul Hakam, mengapa tidak jadi melemparkan batu itu?”
Pertanyaan mereka dijawab Abu Jahal dengan suara parau, “Karena tiba-tiba di mukaku ada seekor unta yang amat besar, rupanya putih, yang telah membuka mulutnya di dekat kepalaku. Seumur hidupku belum pernah aku melihat unta sebesar itu, sebuas itu. Aku lari, takut bila unta itu memburuku.”
Dalam riwayat lain, Abu Jahal hendak menginjak tengkuk Nabi SAW ketika utusan Allah SWT itu bersujud dalam shalatnya. Namun, sebelum tindakan bodoh itu tuntas, yang bersangkutan sudah dicekam ketakutan, sehingga lari sekuat tenaga.
“Antara aku dan Muhammad ada sebuah parit dari api dan ada pula beberapa sayap,” kata Abu Jahal kepada kawan-kawannya kemudian.
Itulah asbabun nuzul surah al-Alaq ayat 15-19: “Ketahuilah, sungguh jika dia tidak berhenti (berbuat demikian), niscaya Kami tarik ubun-ubunnya; (Yaitu) ubun-ubun orang yang mendustakan lagi durhaka; Maka biarlah dia memanggil golongannya (untuk menolongnya); kelak Kami akan memanggil malaikat Zabaniyah; Sekali-kali jangan, janganlah kamu patuh kepadanya, dan sujudlah dan dekatkanlah (dirimu kepada Tuhan).”
Mengejek Rasulullah SAW
Kisah lainnya terjadi ketika Nabi SAW sedang berada di masjid bersama dengan beberapa sahabat. Ketika lewat, Abu Jahal mendapati beliau SAW sedang shalat. Dia pun segera menemui teman-temannya, “Apa tidak ada di antara kalian yang memiliki kotoran dari sembelihan binatang yang sudah lama dan membusuk?” tanya dia.
Uqbah bin Abi Mua’ith, yang ada di antara mereka, lalu membawakan kepadanya kotoran yang dimaksud. Abu Jahal lalu melemparkan kotoran ke atas kepala Nabi SAW, yang sedang sujud di masjid. Melihatnya, orang-orang musyrikin itu tertawa terbahak-bahak.
Waktu itu, keadaan kaum Muslimin masih sangat lemah. Mereka tidak berani melawan Abu Jahal dan komplotannya. Seorang sahabat Nabi SAW kemudian berinisiatif pergi ke rumah beliau SAW untuk mengabarkan kejadian itu.
athimah dengan tergopoh-gopoh mendatangi masjid. Putri Rasulullah SAW itu langsung membuang kotoran dari atas kepala ayahandanya. Sesudah itu, barulah Nabi SAW mengangkat kepalanya dari sujudnya, seraya berdoa, “Ya Allah, hanya kepada Engkau aku menyerahkan keadaan kaum Quraisy.”
Mendengar doa itu, Abu Jahal dan kawan-kawan justru semakin keras tertawa. Mereka mengejek Rasulullah SAW. Nabi SAW memilih tidak meladeninya, untuk kemudian pulang ke rumah.
Terbunuhnya Abu Jahal
Abu Jahal terjebak dalam kebingungan yang sangat buruk dari apa yang dia lihat, dia berusaha membendung badai kekalahan yang menenggelamkan kaumnya. Maka dia berdiri sambil berteriak dalam keadaan geram dan sombong, “Demi Laata dan Uzza, kami tidak akan kembali hingga kami mengikat Muhammad beserta para sahabatnya dengan tali, dan janganlah seorang dari kalian merasa iba hanya dengan membunuh satu orang dari mereka. Berilah mereka pelajaran yang sebenarnya, hingga mereka tahu akibat perbuatan mereka menyelisihi agama kalin, dan membenci apa yang disembah oleh nenek moyang mereka.”
Lenyaplah teriakan itu ditelan lembah Badr, hanya saja penentangan dan kesengsaraannya menggambarkan kesombongan dan kecongkakan paling keji hingga nafas yang terakhir. Karena itu dia berperang membabi buta membabat apa yang di depannya. Kemudian dia terjun ke dalam kecamuk perang seraya berkata:
“Apa yang dilakukan oleh peperangan yang sengit ini terhadapku… Aku ibarat anak dua tahun, yang baru keluar giginya… Seperti inilah ibuku melahirkanku…”
Kaum musyrikin mengelilingi si jahat Abu Jahal seraya berkata, “Abul Hakam tidak bisa mengatasi keadaan.”
Mereka mengelilinginya hingga ia persis di tengah-tengah bagaikan pepohonan yang mengelilingi hutan, padahal alangkah cepatnya hutan itu lenyap seperti batang kurma yang lapuk, dan terkaparlah Abu Jahal pingsan nafasnya terengah-engah karena tusukan panah para pahlawan serta pedang-pedang mereka yang menebasnya. Kematian menunggu untuk meminum darahnya, dengan perantara tangan dua orang anak kecil dari Anshar, juga tangan orang-orang lemah yang merasakan seburuk-buruk penyiksaan dari Abu Jahal di Mekah.
Inilah Firaun-nya Ummat Ini
Tatkala peperangan telah reda, kaum musyrikin lari dengan kekalahan. Kaum muslimin bergembira dengan apa yang dibukakan Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada mereka, berupa kemenangan ini. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapa yang mau memperlihatkan pada kami apa yang diperbuat Abu Jahal?”
Maka Ibnu Mas’ud bergegas pergi, lalu dia mendapati Abu Jahal telah dipukuli oleh dua putra Afraa –Mu’awwidz dan Mu’adz- hingga, ia menjadi dingin. Ibnu Mas’ud mengambil jenggotnya seraya berkata, “Engkau Abu Jahal?”
Dia berkata, “Giliran siapa hari ini?’
Ibnu Mas’ud menjawab, “Allah dan Rasul-Nya, bukankah Allah telah menghinakanmu wahai musuh Allah?”
Abu Jahal berkata, “Apakah ada yang lebih hebat dari lelaki yang dibunuh kaumnya?”
Maka Abdullah membunuhnya, kemudian dia mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam seraya berkata, “Aku telah membunuhnya.”
Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Demi Allah yang tiada Ilah yang berhak disembah selain Dia.” Beliau pun mengulang-ulang kalimat ini tiga kali. Kemudian bersabda, “Allahu Akbar segala puji bagi Allah, Maha benar janji-Nya, menolong hamba-Nya dan memporak-porandakan pasukan, pergi dan perlihatkanlah padaku.”
Maka kami bergegas pergi, lantas kuperlihatkan kepada Beliau, kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Inilah Fir’aunnya umat ini.”
0 comments:
Post a Comment