SELAMAT DATANG DI DUNIA INFORMASI ISLAM INDONESIA DAN DUNIA

16 July 2019

Khabab bin 'Arats

Khabab bin 'Arats [Pembuat Pedang]


Khabab bin 'Art, lahir 36 tahun sebelum hijrah dan wafat 37 H) adalah seorang pemuda yang termasuk golongan pemeluk Islam pertama. Khabbab berasal dari Bani Tamim dan lahir di Najd. Ia bekerja sebagai budak pandai besi. Hampir sama dengan kisah pemeluk Islam pertama lainnya, Khabbab mengalami penganiayaan karena keimanannya. Ia disiksa dengan menggunakan besi panas oleh kaum Kafir Quraisy, termasuk Ummi Amar, yang merupakan majikan Khabbab.

Latar Belakang dan Kisah Perbudakan Khabbab bin Al Arats

Sebelum datangnya Islam, ada seorang wanita bernama Ummu Ammar. Saat itu, ia sedang berangkat ke pasar budak di Makkah. Dia ingin membeli seorang hamba sahaya untuk dirinya yang bisa berkhidmat kepadanya dan bisa mengambil hasil dari jasanya. Lalu pandangan mata Ummu Ammar menuju hamba-hamba sahaya yang dipamerkan untuk dijual. Nampaknya, Ummu Ammar sedang mencari budak yang sehat tidak berpenyakit.

Setelah melihat budak budak yang ada, akhirnya pilihan jatuh kepada seorang anak yang belum berusia baligh. Padanya Ummu Ammar melihat badannya sehat dan tanda-tanda keunggulan terpampang di wajahnya, hal ini yang mendorongnya untuk membelinya, diapun membayarnya dan membawanya pulang.

Di tengah jalan, Ummu Ammar memandangi anak itu dan bertanya, "Siapa namamu Nak?" Dia menjawab, "Khabbab." Ummu Ammar bertanya, "Siapa bapakmu?" Dia menjawab, "Al Arat."

Beliau bertanya lagi, "Dari mana kamu?" Dia menjawab "Nejed." Ummu Ammar berkata, "Kalau begitu kamu anak Arab?" Dia menjawab, "Benar dari Bani Tamim."

Lalu Ummu Ammar bertanya tentang sebab ia menjadi budak, "Apa yang membuatmu bisa sampai di tangan para pedagang budak di Makkah?"

Khabbab menjawab, "Kampung kami diserang oleh sebuah kabilah Arab, mereka merampas ternak-ternak kami, menawan kaum wanita dan anak-anak, diantara anak-anak tersebut adalah aku, selanjutnya aku berpindah dari satu tangan ke tangan yang lain sampai aku tiba di Makkah dan berada di tanganmu."

Di tangan Ummu Ammar, Khabbab bin Arat diserahkan kepada seorang pandai besi di Makkah agar ia bisa belajar membuat pedang. Tidak lama kemudian, Khabbab sudah menguasai bidang ini dan dia pun menjadi sangat mahir dalam pekerjaannya. Dia mampu membuat pedang dan peralatan perang lainnya.

Tatkala Khabbab tumbuh dewasa dan bisa mandiri, Ummu Ammar menyewakan sebuah tempat tersendiri dan dilengkapi dengan peralatan yang dibutuhkannya. Dengan begitu Ummu Ammar pun bisa mendapatkan hasil dari pekerjaan Khabbab.

Setelah mendalami dan bekerja sebagai ahli besi, nama Khabbab mulai dikenal oleh penduduk Makkah. Ia dikenal sebagai ahli besi yang jujur, amanah dan mahir dalam bidangnya. Sehingga banyak orang-orang yang mendatanginya untuk membeli pedang buatannya.

Meskipun usia Khabbab masih sangat muda namun ia sudah memiliki akal dewasa yang sehat. Beliau selalu menyendiri dan termenung memikirkan masyarakat jahiliyyah yang terbenam dalam kerusakan, "Kegelapan malam seperti ini pasti akan berakhir." Dia berharap diberi umur panjang agar bisa melihat tersibaknya kegelapan dan terbitnya cahaya kebenaran.

Yang dimaksud kegelapan oleh Khabbab bin Arats adalah kelakuan kafir Quraisy terhadap berhala-berhala yang tidak bernyawa, serta banyaknya kedazaliman-kedzaliman lainnya yang ada di sekitar Makkah.

Kisah Khabbab bin Arats Masuk Islam

Allah mengabulkan doa yang ia sampaikan dalam hati dan pikirannya. Karena cahaya kebenaran itu akhirnya datang juga, yakni diutusnya Muhammad bin Abdullah menjadi Nabi. Tanpa pikir panjang, Khabbab pun berusaha menemuinya dan mendengar kata-katanya, pancaran wajahnya dan raut mukanya membuat Khabbab terkagum-kagum. Maka Khabbab mengulurkan tangannya dan bersaksi bahwa tidak ada Ilah yang berhak disembah selain Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah. Dengan ini Khabbab sudah masuk Islam. Dia adalah orang keenam yang masuk Islam di Makkah (As-Sabiqunal Awwalun)

Kisah Penderitaan Khabbab bin Arats

Ujian, cobaan dan penderitaan yang dialami oleh sahabat Khabbab bin Arats ini hampir sama dengan ujian yang dialami Bilal bin Rabah, atau bahkan bisa lebih keras.

Sebagai seorang budak yang tidak memiliki kerabat dan saudara yang menjamin keamanan untuknya. Khabbab berani menyampaikan keislamannya dan tidak menyembunyikannya di depan siapapun. Bahkan Khabbab bin Al Arats menjadi sahabat pertama yang berani menyampaikan keislamannya. Inilah kemuliaan dari beliau yang bisa diambil hikmahnya.

Atas perbuatannya, membuat Ummu Ammar mengetahuinya. Maka dia pun marah dan murka besar. Setelah itu, Ummu Ammar mengajak saudaranya yang bernama Siba' bin Abdul Uzza dan beberapa orang dari kaumnya Bani Khuza'ah untuk beramai-ramai menemui Khabbab. Ketika sudah sampai di tempatnya, mereka melihatnya sedang sibuk bekerja. Maka Siba' menghampirinya dan berkata, "Kami telah mendengar sebuah berita tentang dirimu yang hampir tidak kami percayai." Khabbab bertanya, "Apa itu?" Siba' menjawab, "Telah beredar kabar bahwa kamu telah kafir dengan meninggalkan agamamu dan mengikuti agama anak muda Bani Hasyim."

Khabbab menjawab dengan tenang, "Tidak, aku tidak kafir akan tetapi aku beriman kepada Allah ta'ala semata tiada sekutu bagiNya. Aku mencampakkan berhala-berhala kalian. Aku bersaksi bahwa Muhammad Shalallahu alaihi wassalam adalah hamba dan utusan Allah."

Begitu Siba' dan kawan-kawannya mendengar kata-kata Khabbab, dia langung menyerangnya dan memukulinya dengan apa yang ada di tangannya dan menendangnya berkali-kali serta melempari potongan besi yang bisa mereka raih sehingga Khabbab jatuh tersungkur tak berdaya dengan darah yang menetes dari tubuhnya.

Kisah masih berlanjut. Setelah peristiwa di atas, berita Khabbab bin Arats dengan majikannya terdengar dengan cepat di seluruh kota Makkah. Orang-orang tercengang dengan keberanian Khabbab, karena sebelumnya mereka belum pernah mendengar ada yang berani mengumumkan keislamannya di depan umum seperti Khabbab.

Bahkan para pemuka Quraisy terheran dengan keberanian Khabbab, seorang budak dan pandai besi yang tidak memiliki kerabat dan saudara yang menjamin keamanan untuknya. Lebih hebat lagi, Khabbab berani menjelek-jelekkan berhala-berhala mereka dan membodoh-bodohkan agama leluhur mereka.

Keberanian Khabbab membakar semangat kaum muslimin untuk mengumumkan keislaman mereka, mereka mulai berani menyuarakan kalimat kebenaran satu demi satu. Bagi kafir Quraisy, hal ini tidak lah mengejutkan, karena mereka sudah mengira bahwa akan ada banyak kaum muslimin yang berani seperti Khabbab setelah ini.

Kemudian para pemuka Quraisy berkumpul di sisi Ka'bah, ada Abu Sufyan bin Harb, Walid bin Mughirah, Abu Jahal bin Hisyam, mereka berada di barisan depan dan membicarakan Muhammad. Mereka melihat bahwa agama Muhammad mulai menguat dan semakin berkembang pesat. Maka pemuka Quraisy pun bertekad untuk mematikan agama Muhammad sebelum menyebar. Mereka memulainya dengan menangkap satu persatu kaum muslimin lemah yang masuk Islam kemudian menyiksanya sampai mereka mau kembali ke agama jahiliyyah dan meninggalkan agama Muhammad.

Mulai dari sini lah puncak siksaan Khabbab akan terjadi. Dimana Siba' bin Abdul Uzza dan kaumnya mendapat tugas menyiksa Khabbab. Tatkala panas matahari sedang membara dan mulai menyengat padang pasir Makkah, mereka membawa Khabbab tempat tersebut. Mereka membuka bajunya dan menggantinya dengan baju besi, mereka tidak memberinya minum sehingga Khabbab merasa sangat tersiksa, lalu mereka mendekati Khabbab dan berkata, "Apa yang kamu katakan tentang Muhammad?"

Khabbab menjawab, "Hamba Allah dan utusanNya, dia datang kepada kami membawa agama hidayah dan kebenaran untuk mengentaskan kami dari kegelapan-kegelapan menuju cahaya." Kemudian mereka memukulinya dan menamparnya berkali-kali. Mereka berkata, "Apa yang kamu katakan tentang Latta dan Uzza?"
Khabbab menjawab, "Dua berhala yang bisu dan tuli, tidak bisa mendatangkan manfaat dan madharat."

Mendengar jawaban Khabbab, mereka mengambil batu besar yang sangat panas lalu menempelkannya di punggung Khabbab,mereka membiarkannya sampai lemak di pundaknya meleleh. La Haula Wala Quwwata Illa Billah.

Kisah penderitaan Khabbab bin Arats masih berlanjut. Majikannya yang bernama Ummu Ammar lebih keras dalam menyiksa Khabbab. Setiap hari, dia datang ke tempat kerja Khabbab, dia mengambil besi yang menyala dari perapian dan meletakkannya di kepala Khabbab sampai ia berasap dan Khabbab pingsan karenanya sementara Khabbab selalu berdoa supaya Allah membalasnya atas Ummu Ammar dan atas saudaranya, Siba'. Begitulah keganasan siksaan kafir Quraisy yang dialami Khabbab bin Arats.

Balasan Bagi Allah untuk Ummu Ammar

Tatkala Rasulullah memberi izin kepada para sahabat untuk berhijrah, Khabbab bersiap-siap untuk hijrah juga. Namun, sebelum dia meninggalkan Makkah, Allah mengabulkan doanya atas Ummu Ammar.

Kepala Ummu Ammar merasakan pusing yang sangat berat, sakitnya tiada tara, sampai-sampai dia melolong seperti anjing. Anak-anaknya pun berusaha mencari obat kesana kemari, namun dikatakan bahwa sakitnya Ummu Ammar bisa sembuh jika ia meletakkan besi panas di kepalanya setiap hari. Maka mau tidak mau, Ummu Ammar harus melakukan hal itu. Ia benar-benar merasakan apa yang Khabbab rasakan. Subhaanallah.

Kisah Khabbab Merasa Bahagia Karena Manisnya Iman
Setelah Khabbab hijrah, ia merasakan manisnya iman dan merasakan kedamaian hidup bersama Rasulullah dan orang-orang Anshar tanpa ada gangguan dari orang kafir. Khabbab ikut serta dalam perang Badar dan Uhud bersama Rasulullah. Dan di perang Uhud inilah ia menyaksikan kematian Siba' melalui tangan Hamzah bin Abdul Muthalib. Khabbab diberi umur panjang, hingga ia merasakan kehangatan hidup sampai empat khalifah Rasulullah.

Di masa Khalifah Umar bin Khattab, Khabbab ditanya oleh Umar tentang siksaan paling berat dari kaum musyrikin yang ia rasakan. Maka Khabbab membuka bajunya dan terlihatlah luka di punggungnya bekas besi yang di tempelkan di punggungnya.

Umar bertanya, "Bagaimana itu bisa terjadi?"

khabbab menjawab, "Orang-orang musyrikin membakar besi sehingga menjadi bara api lalu menempelkannya di punggungku hingga dagingku tercecer."

Hari demi hari Khabbab hidup dalam kemakmuran dan kedamaian yang sebelumnya ia hidup dalam kemiskinan. Namun kini Khabbab hidup dengan harta yang melimpah, emas dan perak ia miliki semua, akan tetapi hartanya tersebut ia gunakan untuk bersedekah, ia letakka harta itu di sebuah rumah yang banyak diketahui orang-orang, rumah tersebut tidak dikunci sehingga orang-orang miskin bebas mengambil harta itu tanpa harus izin dan meminta. Meski begitu, Khabbab tetap merasa takut jika ia di siksa dan di hisab karena harta itu.

0 comments:

Tujuan Blog Dibuat

Blog ini dibangun sebagai sarana informasi tentang tokoh dunia Islam di Indonesia dan tokoh Islam dunia [Lulut Hartoko]



Seulas Kata

Dunia Islam sangat luas cakupannya, blog ini hanya salah satu sumber yang terbatas informasinya, semoga mencerahkan dan menambah wawasan dunia Islam untuk kita

  © Free Blogger Templates Spain by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP