Nusaibah Binti Kaab [Wanita Perisai Rasulullah]
Nusaibah Binti Kaab [Wanita Perisai Rasulullah]
Nusaibah binti Ka'ab (wafat setelah tahun 13 H) yang lebih dikenal dengan Ummu 'Umarah (أمّ عُماره) adalah salah seorang sahabat Nabi saw. Ummu 'Umarah orang pertama di Madinah yang memeluk Islam dan salah seorang perempuaan di antara dua perempuan yang masuk Islam pada baiat Aqabah kedua. Dia hadir dalam beberapa peperangan khususnya dalam perang Uhud untuk membantu para pejuang dan prajurit yang terluka. Dia terluka di perang Uhud dalam membela Nabi saw pada. Ummu 'Umarah salah seorang penukil hadis Rasulullah saw. Tanggal wafatnya tidak disinggung oleh sumber-sumber sejarah. Namun, dari satu teks riwayat dapat dipahami bahwa dia hidup hingga masa kekhilafahan Umar bin Khattab.
Nusaibah Binti Ka’ab, Salah Satu Perempuan yang Ikut Bai’at Aqobah ke 2
Dalam sejarah, dikatakan bahwa Nusaibah binti kaab radiyallahu anha merupakan istri dari Ghazyah bin Amru Al Mazini An Najari. Ghazyah merupakan suami kedua dari Nusaibah binti Ka’ab setelah suaminya yang pertama Zaid bin Ashim Al Mazini An Najjari yang wafat. Dari suami pertamanya Nusaibah dikaruniai dua orang anak yaitu : Abdullah bin Zaid dan Habib bin Zaid.
Nusaibah merupakan satu dari dua perempuan yang ikut dalam bai’at aqobah ke 2. Yang merupakan perjanjian yang dilakukan oleh Rasulullah terhadap 73 orang pria dan 2 orang wanita dari Yatsrib pada waktu tengah malam, yang mana mereka bersumpah setia kepada Rasulullah dalam melasanakan tiga perkara :
Diceritakan bahwa Nusaibah telah mengikuti banyak pertempuran disisi pasukan muslimin. Ghazyah, Abdullah dan Habib kala itu bertempur di garis depan, sedangkan Nusaibah lebih sering mengobati dan mengambilkan minuman untuk pasukan muslimin. Namun jangan salah sangka, Nusaibah juga pandai dalam bertempur melawan musuh-musuh Rasulullah.
Kala itu ditengah perang Uhud, kaum muslimin terpojok. Ibnu Qumai’ah yang datang sebagai musuh hendak membunuh Rasulullah dengan pedangnya. Namun Nusaibah dengan gagah berani melakukan penjagaan kepada Rasulullah dan bertahan menggunakan pedang dan anak panah. Menjaga Rasulullah agar tidak terbunuh. Meskipun tau bahwa dia tidak ada tandingannya dibanding Ibnu Qumai’ah, namun Nusaibah tetap menghalang-halangi Ibnu Quma’ah agar tidak menyentuh Rasulullah.
bnu Qumai’ah yang mengetahui tujuannya untuk membunuh Rasulullah dihalang halangi oleh seorang wanita pun jelas saja sangat murka, dia menyerang dengan membabi buta kepada Nusaibah, tanpa ampun mengayunkan dan melayangkan pukulan agar wanita yang ada di depannya ini lenyap dari hadapannya.
Jelas saja Nusaibah terpojok. Kekuatannya tidak ada-apa apanya dibanding Ibnu Qumai’ah. Namun, menghiraukan luka di sekujur tubuhnya, wanita perkasa ini tetap berdiri.
“Ia tidak berpaling ke kanan atau ke kiri kecuali terus berperang demi aku” Ujar Rasulullah.
Diceritakan bahwa setidaknya ada kurang lebih 13 luka di tubuh Nusaibah. Dan meskipun demikian, Nusaibah nyatanya masih hidup untuk terus berperang disamping pasukan muslimin. Atas pengorbanannya dalam perang tersebut dalam menjaga keselamatan Rasulullah, Rasulullah memuji Nusaibah dengan bersabda :
“Kedudukan Nusaibah binti Ka’ab lebih baik daripada si fulan dan si fulan”
Rasulullah pun juga berkata kepada putra Nusaibah, Abdullah “Allah memberkahi kalian wahai ahlul bait. Kedudukan ibumu lebih baik dari fulan dan fulan. Dan kedudukan suami ibumu Ghaziyyah bin Amr lebih baik dari fulan dan fulan, semoga Allah merahmati kalian wahai ahlul bait”.
Saking kagumnya, Bahkan Rasulullah juga berdoa untuk keluarga Nusaibah,
“Ya Allah, jadikanlah mereka orang-orang yang akan menemaniku di surga”
Nusaibah dan keluarganya terus berjuang di sisi kaum muslimin bahkan sampai pada masa wafatnya Rasulullah. Itu adalah hari yang paling menyedihkan bagi seluruh umat muslimin. Pasalnya umat muslimin baru saja kehilangan sosok pemimpin bijaksana mereka. Sosok orang yang menjadi panutan mereka. Sosok kekasih yang dicintai.
Masa Kekalifahan Abu Bakar Ash-Shiddiq
Meskipun kala itu umat islam kehilangan sosok yang dicintai dan ingin dilindungi, namun Nusaibah beserta suami dan kedua anaknya tetap bertempur di sisi kaum muslimin. Hingga tiba pada masa kekalifahan Abu Bakar Ash-Siddiq.
Meskipun kala itu umat islam kehilangan sosok yang dicintai dan ingin dilindungi, namun Nusaibah beserta suami dan kedua anaknya tetap bertempur di sisi kaum muslimin. Hingga tiba pada masa kekalifahan Abu Bakar Ash-Siddiq.
Pada masa ini, timbul masalah dimana ada orang-orang yang enggan membayar Zakat. Bahkan muncul sosok Musailamah Al-Kadzab yang dengan kesombongan dan keangkuhannya mengaku sebagai seorang nabi. Abu Bakar jelas saja murka dan mendeklarasikan perang terhadap Musailamah. Dalam perang ini Hubaib bin Zaid (anak bungsu Nusaibah) ikut perang, namun sayangnya tertangkap oleh pasukan Musailamah dan disiksa.
Dalam masa penyiksaan yang pedih itu, Musailamah memaksa Hubaib untuk mengakui bahwa Musailamah adalah seorang nabi. Namun karena keimanan yang kokoh dan hati yang tegap percaya kepada Islam dan Allah, Hubaib menolaknya. Meskipun disiksa seperti apapun, Hubaib tetap menolaknya. Hingga pada akhirnya, Musailamah semakin marah dan memperlihatkan ketidaksukaannya. Nabi palsu itu memotong-motong tubuh Hubaib sampai berdarah-darah dan mati. Hubaib mati syahid.
Ikut Serta dalam Perang Yamamah
Kabar pun sampai ke telinga Nusaibah kala itu, hingga pada akhirnya memotivasi Nusaibah untuk ikut pasukan muslimin dalam perang Yamamah. Ditemani oleh putra sulungnya Abdullah, mereka berdua pun melawan musuh dengan gagah berani. Diceritakan bahwa dalam suasana perang yang berkecamuk itu, seorang musuh berhasil memotong satu tangan Nusaibah.
Tanganku terpotong dan aku ingin membunuh Musailamah, aku tidak akan berhenti sampai orang kotor itu terbunuh” Ujar musailamah kepada anaknya Abdullah. Melihat sang ibu yang masih memiliki tekad baja meskipun dengan kondisi tubuhnya yang sudah seperti itu pun membuat Abdullah semakin membara.
Mengingat juga tentang adiknya yang dibunuh secara keji oleh Musailamah, memberikan moral yang meledak-ledak di dalam diri Abdullah. Dia dan pemuda bernama Wahsyi pun kemudian menerjang musuh ke garis depan tanpa kompromi. Tujuannya adalah untuk mencari Musailamah.
Perang Yamamah bergelora sangat hebat. Entah berapa banyak korban yang jatuh. Tidak ada yang bisa menghitung. Abu Bakar menyerang tanpa ampun para musuhnya sembari memimpin kaum muslimin.
Disela suasana perang yang carut-marut, tiba-tiba sebuah kabar tersiar luas. Musailamah sudah terbunuh! Semua pasukan musuh yang tengah melawan pasukan muslimin terkaget. Bagaimana bisa pemimpin mereka mati begitu saja?
Muncul saksi yang melihat bahwa yang berhasil membunuh Musailamah sang nabi palsu adalah Abdullah dan Wahsyi. Nusaibah pun bersujud syukur saat mendengarnya, kematian Musailamah menandakan kemenangan pasukan muslimin.
Nusaibah binti Ka'ab (wafat setelah tahun 13 H) yang lebih dikenal dengan Ummu 'Umarah (أمّ عُماره) adalah salah seorang sahabat Nabi saw. Ummu 'Umarah orang pertama di Madinah yang memeluk Islam dan salah seorang perempuaan di antara dua perempuan yang masuk Islam pada baiat Aqabah kedua. Dia hadir dalam beberapa peperangan khususnya dalam perang Uhud untuk membantu para pejuang dan prajurit yang terluka. Dia terluka di perang Uhud dalam membela Nabi saw pada. Ummu 'Umarah salah seorang penukil hadis Rasulullah saw. Tanggal wafatnya tidak disinggung oleh sumber-sumber sejarah. Namun, dari satu teks riwayat dapat dipahami bahwa dia hidup hingga masa kekhilafahan Umar bin Khattab.
Nusaibah Binti Ka’ab, Salah Satu Perempuan yang Ikut Bai’at Aqobah ke 2
Dalam sejarah, dikatakan bahwa Nusaibah binti kaab radiyallahu anha merupakan istri dari Ghazyah bin Amru Al Mazini An Najari. Ghazyah merupakan suami kedua dari Nusaibah binti Ka’ab setelah suaminya yang pertama Zaid bin Ashim Al Mazini An Najjari yang wafat. Dari suami pertamanya Nusaibah dikaruniai dua orang anak yaitu : Abdullah bin Zaid dan Habib bin Zaid.
Nusaibah merupakan satu dari dua perempuan yang ikut dalam bai’at aqobah ke 2. Yang merupakan perjanjian yang dilakukan oleh Rasulullah terhadap 73 orang pria dan 2 orang wanita dari Yatsrib pada waktu tengah malam, yang mana mereka bersumpah setia kepada Rasulullah dalam melasanakan tiga perkara :
- Tidak menyekutukan Allah SWT
- Melaksanakan apa yang Allah perintahkan.
- Meninggalkan apa yang Allah larang.
Diceritakan bahwa Nusaibah telah mengikuti banyak pertempuran disisi pasukan muslimin. Ghazyah, Abdullah dan Habib kala itu bertempur di garis depan, sedangkan Nusaibah lebih sering mengobati dan mengambilkan minuman untuk pasukan muslimin. Namun jangan salah sangka, Nusaibah juga pandai dalam bertempur melawan musuh-musuh Rasulullah.
Kala itu ditengah perang Uhud, kaum muslimin terpojok. Ibnu Qumai’ah yang datang sebagai musuh hendak membunuh Rasulullah dengan pedangnya. Namun Nusaibah dengan gagah berani melakukan penjagaan kepada Rasulullah dan bertahan menggunakan pedang dan anak panah. Menjaga Rasulullah agar tidak terbunuh. Meskipun tau bahwa dia tidak ada tandingannya dibanding Ibnu Qumai’ah, namun Nusaibah tetap menghalang-halangi Ibnu Quma’ah agar tidak menyentuh Rasulullah.
bnu Qumai’ah yang mengetahui tujuannya untuk membunuh Rasulullah dihalang halangi oleh seorang wanita pun jelas saja sangat murka, dia menyerang dengan membabi buta kepada Nusaibah, tanpa ampun mengayunkan dan melayangkan pukulan agar wanita yang ada di depannya ini lenyap dari hadapannya.
Jelas saja Nusaibah terpojok. Kekuatannya tidak ada-apa apanya dibanding Ibnu Qumai’ah. Namun, menghiraukan luka di sekujur tubuhnya, wanita perkasa ini tetap berdiri.
“Ia tidak berpaling ke kanan atau ke kiri kecuali terus berperang demi aku” Ujar Rasulullah.
Diceritakan bahwa setidaknya ada kurang lebih 13 luka di tubuh Nusaibah. Dan meskipun demikian, Nusaibah nyatanya masih hidup untuk terus berperang disamping pasukan muslimin. Atas pengorbanannya dalam perang tersebut dalam menjaga keselamatan Rasulullah, Rasulullah memuji Nusaibah dengan bersabda :
“Kedudukan Nusaibah binti Ka’ab lebih baik daripada si fulan dan si fulan”
Rasulullah pun juga berkata kepada putra Nusaibah, Abdullah “Allah memberkahi kalian wahai ahlul bait. Kedudukan ibumu lebih baik dari fulan dan fulan. Dan kedudukan suami ibumu Ghaziyyah bin Amr lebih baik dari fulan dan fulan, semoga Allah merahmati kalian wahai ahlul bait”.
Saking kagumnya, Bahkan Rasulullah juga berdoa untuk keluarga Nusaibah,
“Ya Allah, jadikanlah mereka orang-orang yang akan menemaniku di surga”
Nusaibah dan keluarganya terus berjuang di sisi kaum muslimin bahkan sampai pada masa wafatnya Rasulullah. Itu adalah hari yang paling menyedihkan bagi seluruh umat muslimin. Pasalnya umat muslimin baru saja kehilangan sosok pemimpin bijaksana mereka. Sosok orang yang menjadi panutan mereka. Sosok kekasih yang dicintai.
Masa Kekalifahan Abu Bakar Ash-Shiddiq
Meskipun kala itu umat islam kehilangan sosok yang dicintai dan ingin dilindungi, namun Nusaibah beserta suami dan kedua anaknya tetap bertempur di sisi kaum muslimin. Hingga tiba pada masa kekalifahan Abu Bakar Ash-Siddiq.
Meskipun kala itu umat islam kehilangan sosok yang dicintai dan ingin dilindungi, namun Nusaibah beserta suami dan kedua anaknya tetap bertempur di sisi kaum muslimin. Hingga tiba pada masa kekalifahan Abu Bakar Ash-Siddiq.
Pada masa ini, timbul masalah dimana ada orang-orang yang enggan membayar Zakat. Bahkan muncul sosok Musailamah Al-Kadzab yang dengan kesombongan dan keangkuhannya mengaku sebagai seorang nabi. Abu Bakar jelas saja murka dan mendeklarasikan perang terhadap Musailamah. Dalam perang ini Hubaib bin Zaid (anak bungsu Nusaibah) ikut perang, namun sayangnya tertangkap oleh pasukan Musailamah dan disiksa.
Dalam masa penyiksaan yang pedih itu, Musailamah memaksa Hubaib untuk mengakui bahwa Musailamah adalah seorang nabi. Namun karena keimanan yang kokoh dan hati yang tegap percaya kepada Islam dan Allah, Hubaib menolaknya. Meskipun disiksa seperti apapun, Hubaib tetap menolaknya. Hingga pada akhirnya, Musailamah semakin marah dan memperlihatkan ketidaksukaannya. Nabi palsu itu memotong-motong tubuh Hubaib sampai berdarah-darah dan mati. Hubaib mati syahid.
Ikut Serta dalam Perang Yamamah
Kabar pun sampai ke telinga Nusaibah kala itu, hingga pada akhirnya memotivasi Nusaibah untuk ikut pasukan muslimin dalam perang Yamamah. Ditemani oleh putra sulungnya Abdullah, mereka berdua pun melawan musuh dengan gagah berani. Diceritakan bahwa dalam suasana perang yang berkecamuk itu, seorang musuh berhasil memotong satu tangan Nusaibah.
Tanganku terpotong dan aku ingin membunuh Musailamah, aku tidak akan berhenti sampai orang kotor itu terbunuh” Ujar musailamah kepada anaknya Abdullah. Melihat sang ibu yang masih memiliki tekad baja meskipun dengan kondisi tubuhnya yang sudah seperti itu pun membuat Abdullah semakin membara.
Mengingat juga tentang adiknya yang dibunuh secara keji oleh Musailamah, memberikan moral yang meledak-ledak di dalam diri Abdullah. Dia dan pemuda bernama Wahsyi pun kemudian menerjang musuh ke garis depan tanpa kompromi. Tujuannya adalah untuk mencari Musailamah.
Perang Yamamah bergelora sangat hebat. Entah berapa banyak korban yang jatuh. Tidak ada yang bisa menghitung. Abu Bakar menyerang tanpa ampun para musuhnya sembari memimpin kaum muslimin.
Disela suasana perang yang carut-marut, tiba-tiba sebuah kabar tersiar luas. Musailamah sudah terbunuh! Semua pasukan musuh yang tengah melawan pasukan muslimin terkaget. Bagaimana bisa pemimpin mereka mati begitu saja?
Muncul saksi yang melihat bahwa yang berhasil membunuh Musailamah sang nabi palsu adalah Abdullah dan Wahsyi. Nusaibah pun bersujud syukur saat mendengarnya, kematian Musailamah menandakan kemenangan pasukan muslimin.
0 comments:
Post a Comment