Imam As Suyuthi
Imam As Suyuthi
Nama lengkap beliau adalah Abdurrahman bin Kamal Abu Bakar bin Muhammad bin Sabiquddin bin Fakhr Utsman bin Nadziruddin Muhammad bin Saifuddin Khidr bin Najmuddin bin Abi ash-Shalah Ayyub bin Nashiruddin Muhammad bin Himamuddin Al-Hammam Al-Hudairi As-Suyuthi. Beliau bergelar Jalaluddin dan biasa juga dipanggil Abu Fadhil. Namun di kemudian hari beliau lebih dikenal dengan nama As-Suyuthi, yang dinisbatkan kepada tempat di mana ayahnya dilahirkan di daerah Suyuth. Beliau adalah seorang ulama, hafidz, ahli hadits, musnid, muhaqiq dan cendekiawan muslim yang hidup pada abad ke-15 di Kairo, Mesir.
As-Suyuthi lahir ba’da Maghrib, malam senin bulan Rajab 849 H. Beliau berasal dari lingkungan cendekiawan, sehingga sejak dini ayahnya selalu berusaha mengarahkannya menjadi ilmuwan dan orang sholeh. Sejak usia belia beliau selalu diajak sang ayah menghadiri berbagai majelis ilmu. Bahkan sang ayah sering meminta doa dari ulama besar untuk anaknya. Salah satu ulama yang pernah mendoakannya agar menjadi ulama besar adalah Imam Ibnu Hajar al- Asqalani, muhaddits besar penyusun kitab Bulughul Maram. Tidak hanya mendoakan, setiap kali minum segelas air usai mengajar, Syaikh Ibnu Hajar selalu menyisakan sedikit untuk diminum as-Suyuthi.
Ketika as-Suyuthi berumur enam tahun, sang ayah wafat. As-Suyuthi kemudian diasuh oleh Syaikh Kamaluddin bin Humam al-Hanafi, pengarang kitab Fathul Qadir. Di bawah asuhan sang allamah itulah as-Suyuthi berhasil hafal al-Qur’an di usia delapan tahun. Setelah itu beliau kemudian menghafal kitab al-’Umdah, lalu Minhajul Fiqhi Wal Ushul dan Alfiyah Ibnu Malik.
Ketika usianya menginjak 15 tahun, as-Suyuthi mulai berkelana dan berguru kepada para ulama besar. Dalam pengembaraan mencari ilmu, beliau pernah singgah di Syam, Hijaz, Yaman Hindia, Maroko dan Takrur. Dalam kitabnya yang berjudul Khusn al-Muhadlarah, as-Suyuthi mengatakan bahwa beliau mendapatkan ijazah dari setiap guru yang didatanginya, yaitu mencapai 150 ijazah dari 150 orang guru. Syaikh Abdul Wahhab Asy-Sya’rani mengatakan dalam kitab Thabaqat-nya, bahwa as-Suyuthi telah berguru kepada lebih dari 600 ulama.
Di antara guru-guru beliau antara lain:
Sikap dan Akhlaqnya
Meskipun as-Suyuthi terkenal akan kecerdasan, kekuatan hafalan dan keuletannya dalam belajar, As-Suyuthi adalah seorang Ulama yang ahli ibadah, zuhud dan tawadhu’. Maka tidak heran kemudian beliau pun menjelma menjadi seorang ulama besar yang memenuhi taraf kemampuan untuk berijtihad. Selain ‘alim, as-Suyuthi juga dikenal sebagai sosok yang teguh pendirian dan tidak suka menjilat kepada pemerintah. Bahkan beliau tidak pernah mau menerima hadiah dari raja.
Suatu ketika seorang raja memberinya hadiah berupa uang seribu dinar dan seorang budak perempuan. Segera saja uang itu beliau kembalikan, sedangkan sang budak perempuan dimerdekakan. Beliau kemudian berkata kepada sang raja, “jangan berusaha memalingkanku hanya dengan memberi hadiah semacam itu, karena Allah telah menjadikanku tidak merasa butuh lagi terhadap hal-hal semacam itu.”
Karya Syekh Jalaluddin as-Suyuthi
As-Suyuthi termasuk ulama yang sangat produktif dalam berkarya. Beliau telah menulis ratusan kitab dalam berbagai bidang keilmuan, mulai dari Tafsir, Hadits, Fiqih, Bahasa Arab, Sastra, Tasawwuf, hingga ilmu Sejarah. Menurut perhitungan muridnya yang bernama ad-Dawudi, hasil karyanya lebih dari 500 buah. Sementara Ibnu Iyas, murid As-Suyuthi yang lain, mengatakan bahwa jumlah karya As-Suyuthi mencapai 600 buah. Adapun menurut As-Sa’id Mamduh, karya As-Suyuthi mencapai 725 buah. Sedangkan menurut Sayyid Muhammad Abdul Hayy Al-Kattani, jumlah keseluruhan karya Imam Suyuthi adalah 904 kitab dalam berbagai disiplin ilmu. Berikut adalah beberapa karya tulis beliau yang terkenal:
1. Al-Itqan fi ‘Ulum al-Qur’an , kitab tafsir yang menjelaskan bagian-bagian penting dalam ilmu mempelajari al-Qur’an.
2. Tafsir al-Jalalain, yang ditulis bersama Jalaluddin al-Mahalli.
3. Jami’ ash-Shagir, merupakan kumpulan hadits-hadits pendek.
4. Al-Asybah wa an-Nazhair, dalam ilmu qawa’id fiqh.
5. Syarh Sunan Ibnu Majah, merupakan kitab yang menjelaskan kitab hadits sunan ibnu majah.
6. Al-Asybah wa an-Nazhair, dalam ilmu nahwu.
7. Ihya’ul Mayyit bi Fadhaili Ahlil Bait.
8. Al-Jami’ al-Kabir.
9. Al-Hawi lil Fatawa.
10. Al-Habaik fi Akhbar al-Malaik.
11. Ad-Dar al-Mantsur fi at-Tafsir bil Ma’tsur.
12. Ad-Dar al-Muntatsirah fi al-Ahadits al-Musytahirah.
13. Ad-Dibaj ‘ala Shahih Muslim bin al-Hajjaj.
14. Ar-Raudh al-Aniq fi Fadhli ash-Shadiq.
15. Al-‘Urf al-Wardi fi Akhbari al-Mahdi.
16. Al-Gharar fi Fadhaili ‘Umar.
17. Alfiyatu as-Suyuthi.
18. Al-Kawi ‘ala Tarikh as-Sakhawi.
19. Al-La āli’ al-Mashnu’ah fi al-Ahadits al-Maudhu’ah.
20. Al-Madraj ila al-Mudraj.
21. Al-Mazhar fi Ulum al-Lughah wa Anwa’uha.
22. Al-Mahdzab fimā Waqa’a fi al-Qur’ān min al-Mu’rab.
23. Asbāb Wurud al-Hadits.
24. Asrār Tartib al-Qur’ān.
25. Anmudzaj al-Labib fi Khashāis al-Habib.
26. Irsyad al-Muhtadin ilā Nashrati al-Mujtahidin.
27. I’rāb al-Qur’ān.
28. Ilqām al-Hajar liman zakā sāb Abi Bakr wa ‘Umar.
29. Tārikh al-Khulafā’.
30. Tahdzir al-Khawash min Ahadits al-Qashash.
31. Tuhfatu al-Abrār binakti al-Adzkār an-Nawawiyyah.
32. Tadrib ar-Rāwi fi Syarhi Taqrib an-Nawāwi.
33. Tazyin al-Mamālik bi Manaqib al-Imām Mālik.
34. Tamhid al-Farsy fi al-Khishāl al-Maujibah li Zhil al-‘Arsy.
35. Tanwir al-Hawalik Syarh Muwaththa’ Mālik.
36. Tanbih al-Ghabiyy fi Tibra’ati Ibni ‘Arabi.
37. Husnu al-Muhādharah fi Akhbār Mishr wa al-Qāhirah.
38. Durr as-Sihābah fiman dakhala Mishr min ash-Shahābah.
39. Dzam al-Makas.
40. Syarh as-Suyuthi ‘ala Sunan an-Nasā’i.
41. Shifatu Shāhibi adz-Dzauqi ‘Aini al-Ishābah fi Ma’rifati ash-Shahābah.
42. Kasyf.
43. As-Salim.
44. Thabaqāt al-Huffādz.
45. Thabaqat al-Mufassirin.
46. ‘Uqudul Jimān fi ‘ilmi al-Ma’āni wa al-Bayān.
47. ‘Uqudu az-Zabarjid ‘ala Musnad al-Imām Ahmad fi I’rāb al-Hadits.
48. Al-Mughthi fi Syarhi al-Muwaththa’.
49. Lubb al-Lubbāb fi Tahrir al-Ansāb.
50. Al-Bāb al-Hadits.
51. Al-Bāb an-Nuqul fi Asbāb an-Nuzul.
52. Mā Rawāhu al-Asāthin fi ‘Adami al-Maji’i ilā as-Salāthin.
53. Musytahā al-Uqul fi Muntaha an-Nuqul.
54. Mathla’ al-Badrain fiman Yu’ti Ajruhu Marratain.
55. Miftāhu al-Jannah fi al-I’tishām bi as-Sunnah.
56. Miftahamāt al-Aqrān fi Mubhamāt al-Qur’ān.
57. Nazham al-Aqyān fi A’yān al-A’yān.
58. Ham’u al-Hawami’ Syarhu Jam’u al-Jawami’.
59. At-Tahadduts bi Ni’matillah.
60. Mu’jam al-Mu’allafāt as-Suyuthi.
61. Fahrusat Mu’allafātii.
62. Al-Fāruq baina Al-Mushanif wa as-Sariq.
63. Thibb an-Nufus.
64. Nawadhir al-Ayak fi Ma’rifati al-Niyak.
65. Ar-Rahmah fi ath-Thibbi wa al-Hikmah.
Wafat
Imam as-Suyuthi menghabiskan umurnya untuk mengajar, memberikan fatwa dan menulis. Akan tetapi menginjak usia 40 tahun, atau menjelang usia tuanya beliau lebih memilih ber-uzlah dari keramaian dunia untuk beribadah dan mengarang saja. Setelah sempat sakit, Imam agung ini meninggal pada usia 61 tahun 10 bulan 18 hari, yaitu pada malam Jum’at tanggal 19 Jumadil Ula tahun 911 H dirumah beliau yang berada di Roudlotul Miqyas. Jenazah beliau dimakamkan di pemakaman Qaushun atau Qaisun, di luar pintu gerbang Qarafah (Kairo).
Nama lengkap beliau adalah Abdurrahman bin Kamal Abu Bakar bin Muhammad bin Sabiquddin bin Fakhr Utsman bin Nadziruddin Muhammad bin Saifuddin Khidr bin Najmuddin bin Abi ash-Shalah Ayyub bin Nashiruddin Muhammad bin Himamuddin Al-Hammam Al-Hudairi As-Suyuthi. Beliau bergelar Jalaluddin dan biasa juga dipanggil Abu Fadhil. Namun di kemudian hari beliau lebih dikenal dengan nama As-Suyuthi, yang dinisbatkan kepada tempat di mana ayahnya dilahirkan di daerah Suyuth. Beliau adalah seorang ulama, hafidz, ahli hadits, musnid, muhaqiq dan cendekiawan muslim yang hidup pada abad ke-15 di Kairo, Mesir.
As-Suyuthi lahir ba’da Maghrib, malam senin bulan Rajab 849 H. Beliau berasal dari lingkungan cendekiawan, sehingga sejak dini ayahnya selalu berusaha mengarahkannya menjadi ilmuwan dan orang sholeh. Sejak usia belia beliau selalu diajak sang ayah menghadiri berbagai majelis ilmu. Bahkan sang ayah sering meminta doa dari ulama besar untuk anaknya. Salah satu ulama yang pernah mendoakannya agar menjadi ulama besar adalah Imam Ibnu Hajar al- Asqalani, muhaddits besar penyusun kitab Bulughul Maram. Tidak hanya mendoakan, setiap kali minum segelas air usai mengajar, Syaikh Ibnu Hajar selalu menyisakan sedikit untuk diminum as-Suyuthi.
Ketika as-Suyuthi berumur enam tahun, sang ayah wafat. As-Suyuthi kemudian diasuh oleh Syaikh Kamaluddin bin Humam al-Hanafi, pengarang kitab Fathul Qadir. Di bawah asuhan sang allamah itulah as-Suyuthi berhasil hafal al-Qur’an di usia delapan tahun. Setelah itu beliau kemudian menghafal kitab al-’Umdah, lalu Minhajul Fiqhi Wal Ushul dan Alfiyah Ibnu Malik.
Ketika usianya menginjak 15 tahun, as-Suyuthi mulai berkelana dan berguru kepada para ulama besar. Dalam pengembaraan mencari ilmu, beliau pernah singgah di Syam, Hijaz, Yaman Hindia, Maroko dan Takrur. Dalam kitabnya yang berjudul Khusn al-Muhadlarah, as-Suyuthi mengatakan bahwa beliau mendapatkan ijazah dari setiap guru yang didatanginya, yaitu mencapai 150 ijazah dari 150 orang guru. Syaikh Abdul Wahhab Asy-Sya’rani mengatakan dalam kitab Thabaqat-nya, bahwa as-Suyuthi telah berguru kepada lebih dari 600 ulama.
Di antara guru-guru beliau antara lain:
- Syaikh Siraajuddien al-Balqini,
- Syaikh Sihabuddin Asy-Syaarmasahi, guru ilmu faraidh (waris).
- asy-Syari al-Manawi Abaz Kuriya Yahya bin Muhammad, guru Ilmu Faraidh.
- Syaikh Taqiyuddin asy-Syamini al-Hanafi (w.872 H), guru Ilmu Tata Bahasa Arab & Hadits.
- Syaikh Muhyiddin Muhammad bin Sulaiman Ar-Rumi Al-Hanafi, guru Ilmu Tafsir, I
- Jalaluddin al-Mahalli (penyusun pertama Tafsir al-Jalalain).
- Izzul Kinaani Ahmad bin Ibrahim al-Hanbali.
Sikap dan Akhlaqnya
Meskipun as-Suyuthi terkenal akan kecerdasan, kekuatan hafalan dan keuletannya dalam belajar, As-Suyuthi adalah seorang Ulama yang ahli ibadah, zuhud dan tawadhu’. Maka tidak heran kemudian beliau pun menjelma menjadi seorang ulama besar yang memenuhi taraf kemampuan untuk berijtihad. Selain ‘alim, as-Suyuthi juga dikenal sebagai sosok yang teguh pendirian dan tidak suka menjilat kepada pemerintah. Bahkan beliau tidak pernah mau menerima hadiah dari raja.
Suatu ketika seorang raja memberinya hadiah berupa uang seribu dinar dan seorang budak perempuan. Segera saja uang itu beliau kembalikan, sedangkan sang budak perempuan dimerdekakan. Beliau kemudian berkata kepada sang raja, “jangan berusaha memalingkanku hanya dengan memberi hadiah semacam itu, karena Allah telah menjadikanku tidak merasa butuh lagi terhadap hal-hal semacam itu.”
Karya Syekh Jalaluddin as-Suyuthi
As-Suyuthi termasuk ulama yang sangat produktif dalam berkarya. Beliau telah menulis ratusan kitab dalam berbagai bidang keilmuan, mulai dari Tafsir, Hadits, Fiqih, Bahasa Arab, Sastra, Tasawwuf, hingga ilmu Sejarah. Menurut perhitungan muridnya yang bernama ad-Dawudi, hasil karyanya lebih dari 500 buah. Sementara Ibnu Iyas, murid As-Suyuthi yang lain, mengatakan bahwa jumlah karya As-Suyuthi mencapai 600 buah. Adapun menurut As-Sa’id Mamduh, karya As-Suyuthi mencapai 725 buah. Sedangkan menurut Sayyid Muhammad Abdul Hayy Al-Kattani, jumlah keseluruhan karya Imam Suyuthi adalah 904 kitab dalam berbagai disiplin ilmu. Berikut adalah beberapa karya tulis beliau yang terkenal:
1. Al-Itqan fi ‘Ulum al-Qur’an , kitab tafsir yang menjelaskan bagian-bagian penting dalam ilmu mempelajari al-Qur’an.
2. Tafsir al-Jalalain, yang ditulis bersama Jalaluddin al-Mahalli.
3. Jami’ ash-Shagir, merupakan kumpulan hadits-hadits pendek.
4. Al-Asybah wa an-Nazhair, dalam ilmu qawa’id fiqh.
5. Syarh Sunan Ibnu Majah, merupakan kitab yang menjelaskan kitab hadits sunan ibnu majah.
6. Al-Asybah wa an-Nazhair, dalam ilmu nahwu.
7. Ihya’ul Mayyit bi Fadhaili Ahlil Bait.
8. Al-Jami’ al-Kabir.
9. Al-Hawi lil Fatawa.
10. Al-Habaik fi Akhbar al-Malaik.
11. Ad-Dar al-Mantsur fi at-Tafsir bil Ma’tsur.
12. Ad-Dar al-Muntatsirah fi al-Ahadits al-Musytahirah.
13. Ad-Dibaj ‘ala Shahih Muslim bin al-Hajjaj.
14. Ar-Raudh al-Aniq fi Fadhli ash-Shadiq.
15. Al-‘Urf al-Wardi fi Akhbari al-Mahdi.
16. Al-Gharar fi Fadhaili ‘Umar.
17. Alfiyatu as-Suyuthi.
18. Al-Kawi ‘ala Tarikh as-Sakhawi.
19. Al-La āli’ al-Mashnu’ah fi al-Ahadits al-Maudhu’ah.
20. Al-Madraj ila al-Mudraj.
21. Al-Mazhar fi Ulum al-Lughah wa Anwa’uha.
22. Al-Mahdzab fimā Waqa’a fi al-Qur’ān min al-Mu’rab.
23. Asbāb Wurud al-Hadits.
24. Asrār Tartib al-Qur’ān.
25. Anmudzaj al-Labib fi Khashāis al-Habib.
26. Irsyad al-Muhtadin ilā Nashrati al-Mujtahidin.
27. I’rāb al-Qur’ān.
28. Ilqām al-Hajar liman zakā sāb Abi Bakr wa ‘Umar.
29. Tārikh al-Khulafā’.
30. Tahdzir al-Khawash min Ahadits al-Qashash.
31. Tuhfatu al-Abrār binakti al-Adzkār an-Nawawiyyah.
32. Tadrib ar-Rāwi fi Syarhi Taqrib an-Nawāwi.
33. Tazyin al-Mamālik bi Manaqib al-Imām Mālik.
34. Tamhid al-Farsy fi al-Khishāl al-Maujibah li Zhil al-‘Arsy.
35. Tanwir al-Hawalik Syarh Muwaththa’ Mālik.
36. Tanbih al-Ghabiyy fi Tibra’ati Ibni ‘Arabi.
37. Husnu al-Muhādharah fi Akhbār Mishr wa al-Qāhirah.
38. Durr as-Sihābah fiman dakhala Mishr min ash-Shahābah.
39. Dzam al-Makas.
40. Syarh as-Suyuthi ‘ala Sunan an-Nasā’i.
41. Shifatu Shāhibi adz-Dzauqi ‘Aini al-Ishābah fi Ma’rifati ash-Shahābah.
42. Kasyf.
43. As-Salim.
44. Thabaqāt al-Huffādz.
45. Thabaqat al-Mufassirin.
46. ‘Uqudul Jimān fi ‘ilmi al-Ma’āni wa al-Bayān.
47. ‘Uqudu az-Zabarjid ‘ala Musnad al-Imām Ahmad fi I’rāb al-Hadits.
48. Al-Mughthi fi Syarhi al-Muwaththa’.
49. Lubb al-Lubbāb fi Tahrir al-Ansāb.
50. Al-Bāb al-Hadits.
51. Al-Bāb an-Nuqul fi Asbāb an-Nuzul.
52. Mā Rawāhu al-Asāthin fi ‘Adami al-Maji’i ilā as-Salāthin.
53. Musytahā al-Uqul fi Muntaha an-Nuqul.
54. Mathla’ al-Badrain fiman Yu’ti Ajruhu Marratain.
55. Miftāhu al-Jannah fi al-I’tishām bi as-Sunnah.
56. Miftahamāt al-Aqrān fi Mubhamāt al-Qur’ān.
57. Nazham al-Aqyān fi A’yān al-A’yān.
58. Ham’u al-Hawami’ Syarhu Jam’u al-Jawami’.
59. At-Tahadduts bi Ni’matillah.
60. Mu’jam al-Mu’allafāt as-Suyuthi.
61. Fahrusat Mu’allafātii.
62. Al-Fāruq baina Al-Mushanif wa as-Sariq.
63. Thibb an-Nufus.
64. Nawadhir al-Ayak fi Ma’rifati al-Niyak.
65. Ar-Rahmah fi ath-Thibbi wa al-Hikmah.
Wafat
Imam as-Suyuthi menghabiskan umurnya untuk mengajar, memberikan fatwa dan menulis. Akan tetapi menginjak usia 40 tahun, atau menjelang usia tuanya beliau lebih memilih ber-uzlah dari keramaian dunia untuk beribadah dan mengarang saja. Setelah sempat sakit, Imam agung ini meninggal pada usia 61 tahun 10 bulan 18 hari, yaitu pada malam Jum’at tanggal 19 Jumadil Ula tahun 911 H dirumah beliau yang berada di Roudlotul Miqyas. Jenazah beliau dimakamkan di pemakaman Qaushun atau Qaisun, di luar pintu gerbang Qarafah (Kairo).
0 comments:
Post a Comment