Jalaludin Rumi
Jalaludin Rumi
Maulana Jalaluddin Rumi. Ia lebih dikenal dengan sebutan Jalaluddin Rumi serta lebih akrab disapa dengan panggilan Rumi.
Nama persianya dapat dieja dalam Jalāl ad-Dīn Muhammad Balkhī (dalam bahasa Persia: جلالالدین محمد بلخى), atau dalam bacaan Persian dieja dʒælɒːlæddiːn mohæmmæde bælxi, atau juga dikenal sebagai Jalāl ad-Dīn Muhammad Rūmī (جلالالدین محمد رومی).
Jalaluddin Rumi adalah seorang pujangga atau penyair Muslim dari Persia abad ke -13. Ia lebih dikenal sebagai seorang sufi mistic. Rumi telah diakui sebagai seorang ahli spiritual terbesar dan penyair intelek yang hebat sepanjang sejarah.
Hasil karya besarnya berupa syair telah dikenal sangat baik oleh seluruh dunia, khususnya di kalangan pujangga Persia, Afghanistan, Iran dan Tajikistan. Beberapa syair Rumi juga sangat populer di seluruh dunia dan telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa.
Jalaluddin Rumi lahir pada tanggal 30 bulan September tahun 1207 Masehi di Balkh (sekarang adalah wilayah Afghanistan). Tepatnya, Rumi lahir di sebuah desa bernama Wakhsh, sebuah kota kecil di dekat sungai Wakhsh di Persia, yang merupakan bagian dari provinsi Balkh.
Orang tuanya adalah warga Persia dan penutur asli bahasa Persia. Ibunya adalah Mumina Khatun, sedangkan ayahnya bernama Bahaduddin Walad, yang merupakan seorang ahli ilmu agama, ahli hukum dan juga ahli ilmu kebatinan. Ketika Rumi lahir, ayahnya adalah seorang guru atau pengajar.
Latar belakang keluarganya memang sangat dekat dengan ilmu agama. Karenanya, Rumi juga mengisi hari -harinya semenjak kecil dengan berbagai ilmu agama dan ilmu kebatinan.
Rumi meninggalkan daerah kelahirannya di Balkh ketika Mongol melakukan invasi di wilayah Asia Tengah antara tahun 1215 dan tahun 1220.
Ia meninggalkan Balkh bersama dengan keluarganya dan beberapa kelompok pelajar yang merupakan murid ayahnya. Mereka bermigrasi dan berpindah -pindah menuju ke tanah -tanah Muslim, termasuk ke Baghdad, Damascus, Erzincan, Malatya, Sivas, Kayseri dan Nigde.
Mereka juga melakukan ziarah ke Mecca. Setelah ziarahnya inilah, Rumi beserta kelmpoknya tinggal menetap di Konya (sekarang Turki bagian barat).
Tepatnya, pada tanggal 1 Mei 1228, mereka diundang oleh ‘Alā’ ud-Dīn Key-Qobād, seorang pemimpin Anatolia. Ayah Rumi pun menerima undangan ini dan kemudian menetap di Konya, di Anatilia yang merupakan wilayah dari kesultanan Seljuk of Rûm. Di sana, Bahaduddin menjadi kepala dari sebuah sekolah agama atau Madrassa.
Selama perjalanan dengan keluarganya ini, Rumi selalu rajin untuk mempelajari ilmu agama, terutama agama Islam. Hari -hari dan lingkungannya pun sangat kental dengan hal -hal yang berbau spiritual.
Perjalanan Pendidikan Rumi
Rumi menjadi seorang murid di Sayyed Burhan ud-Din Muhaqqiq Termazi, dan termasuk salah satu murid dari ayahnya sendiri, Bahaduddin. Di bawah bimbingan dari Sayyed Termazi inilah, Rumi belajar tentang ilmu Sufi.
Ia mempelajari mengenai banyak sekali ilmu spiritual dan rahasia tentang jiwa dan dunia ini. Setelah Bahaduddin meninggal di tahun 1231 Masehi, Rumi pun melanjutkan posisi sang ayah sebagai seorang guru agama terkemuka di sana.
Rumi juga menjadi seorang Imam dan penceramah di Konya untuk meneruskan tugas sang Ayah. Ketika itu, usia Rumi masih 24 tahun. Meski masih muda, ia berhasil membuktikan bahwa dirinya adalah seorang yang memiliki ilmu pengetahuan yang mendalam terutama mengenai ilmu agama.
Ayahnya memang menjadi salah seorang yang berpengaruh terhadap cara berpikir dan kecerdasannya. Selain ayahnya yang selalu mengajarkan budaya Persia dan ajaran agama Islam, Rumi juga banyak mempelajari tentang pemikiran Sufi.
Selama bertahun -tahun, ia juga banyak mempelajari tentang syair -syair karya Attar dan Sanai. Ia sungguh kagum terhadap tokoh idolanya ini. Bahkan, ia sempat mengungkapkan kekagumannya ini ke dalam syairnya.
“Attar was the spirit, Sanai his eyes twain, And in time thereafter, Came we in their train”.
Dalam syairnya yang lain, ia pun kembali menyebutkannya,
“Attar has traversed the seven cities of Love, We are still at the turn of one street”.
Momentum perubahan hidup Rumi
Di tahun 1244 Masehi, Rumi sudah menjadi seorang guru dan seorang ahli agama. Pada tahun tersebutlah, ia berjumpa dengan seorang musafir atau pengembara yang bernama Shamsuddin of Tabriz.
Pertemuannya dengan Shamsuddin atau yang akrab disapa Shams inilah yang kemudian menjadi sebuah momentum atau titik perubahan dari hidup Rumi. Mereka pun menjadi sahabat yangs sangat dekat satu sama lain.
Sayangnya, ketika Shams berkunjung ke Damascus, ia terbunuh. Desas desus mengatakan bahwa Shams dibunuh oleh salah seorang murid Rumi yang tidak senang melihat kedekatan Sham dengan gurunya tersebut.
Tentu saja Rumi sangat sedih dan terpukul atas kematian Shams, sahabatnya ini. Lalu, ia pun mengungkapkan rasa kasih sayangnya terhadap Shams dan penyesalan atas kematiannya dalam bentuk musik, tarian, dan syair.
Selama hampir 10 tahun selelah pertemuannya dengan Shamsuddin, Rumi pun terus mengabdikan dirinya untuk menulis ghazal atau sastra puisi yang merujuk pada sebuah tangisan kematian.
Ghazal yang ditulisnya ini diberinya nama Diwan-e-Kabir or Diwan-e Shams-e Tabrizi. Ketika menulis ghazal ini, ia bertemu dengan seorang tukang emas bernama “Salaud-Din-e Zarkub”. Salaud-Din-e Zarkub lah yang kemudian selalu menenami Rumi dalam berkarya.
Sayangnya, Salaud juga wafat. Setelah kepergian Salaud, Rumi pun berkawan dengan salah seorang murid favoritnya bernama Hussam-e Chalabi. Hussam lah yang kemudian menemani Rumi dalam menghabiskan tahun -tahun berikutnya ketika hidup di Anatolia.
Di Anatolia inilah, ia menyelesaikan enam volume dari karya besarnya yang dikenal sebagai Masnawi atau dalam bahasa Inggris disebut “the Masnavi”.
Karya Besar Rumi yang Populer
Ada banyak karya yang dihasilkan oleh Jalaluddin Rumi. Karya -karya yang dihasilkannya pun bukan karya yang bisa dianggap sebelah mata. Beberapa koleksi karya besar yang merupakan buah pikirnya meliputi :
# Diwan-e Shams-e Tabrizi
Diwan-e Shams-e Tabrizi atau Diwan-e-Kabir adalah salah satu karya andalan dari Rumi. Karya ini merupakan kumpulan dari Ghazal yang secara khusus dipersembahkan untuk sahabatnya Shamsuddin. Shamsuddin menjadi kawan baiknya sekaligus sosok yang begitu menginspirasi karyanya ini. Di dalam karya besar ini, Rumi juga mengisinya dengan sajak -sajak. Diwan-e-Kabir ditulis dalam dialek ‘Dari’. Selama ini, Diwan-e-Kabir diakui sebagai sastra Persia terbesar sepanjang sejarah.
# Mathnawi
Mathnawi atau disebut juga sebagai Masnawi atau Masnavi ini merupakan kompilasi yang terdiri dari enam volume puisi, yang ditulis dalam gaya didaktis. Syair -syair yang dituliskannya dalam karya ini dibuat dengan tujuan untuk berdakwah, mengajar, dan sekaligus menghibur para pembacanya. Kabarnya, selama menulis karya ini, Rumi ditemani oleh Husam al-Din Chalabin yang juga banyak mempengaruhi pemikirannya tentang kehidupan spiritual.
Masnawi disebut -sebut sabagai karya sastra terbesar dan paling murni yang dimiliki oleh bangsa Persia.
Popularitas dari Jalaluddin Rumi pun tak hanaya melingkupi negaranya sendiri, maupun negaraa di sekitarnya saja. Hampir seluruh dunia, mengenal siapa namanya dan apa saja karya -karyanya. Karenanya, Rumi pun diakui sebagai salah seorang penyair klasik Persia terbesar sepanjang sejarah.
Selama bertahun -tahun, ia banyak mempengaruhi kesusastraan Turki. Karya Rumi juga banyak menginspirasi banyak seniman lain, termasuk Mohammad Reza Shajarian (Iran), Davood Azad (Iran), Shahram Nazeri (Iran) dan juga Ustad Mohammad Hashem Cheshti (Afghanistan).
Para seniman ini mempelajari karya Rumi dan mendapatkan banyak pencerahan tentang interpretasi klasik dalam hal syair dan sastra. Selain itu, karya -karya Rumi ini juga telah diterjemahkan di berbagai belahan dunia dalam berbagai bahasa, termasuk bahasa Rusia, Italia, Jerman, Turki, Urdu, Perancis, Spanyol, dan tentu saja juga di Indonesia.
Bahkan, pada tahun 2007 silam, Rumi telah dinobatkan sebagai “the most popular poet in America” atau penyair paling populer di Amerika. Hal ini menunjukkan bahwa nama Rumi semakin populer di dunia, meski setelah ia tiada.
Kematian Rumi
Jalaluddin Rumi meninggal dunia pada tanggal 17 bulan Desember tahun 1273. Ia meninggal di Konya ketika Konya berada di bawah pemerintahan kerajaan Seljuk. Jasadnya dikuburkan di samping makam ayahnya di Konya.
Sebagai bentuk penghargaan terhadap Sang Sufi Rumi ini, maka di Konya dibangunlah sebuah makam mausoleum bernama Mevlana.
Di dalam mausoleum ini, terdapat sebuah masjid, aula untuk menari dan ruang lainnya. Tempat ini pun sering dikunjungi oleh para penggemarnya dari berbagai belahan dunia. Makam Jalaluddin Rumi ini pun menjadi salah satu tujuan ziarah yang cukup populer di dunia.
Maulana Jalaluddin Rumi. Ia lebih dikenal dengan sebutan Jalaluddin Rumi serta lebih akrab disapa dengan panggilan Rumi.
Nama persianya dapat dieja dalam Jalāl ad-Dīn Muhammad Balkhī (dalam bahasa Persia: جلالالدین محمد بلخى), atau dalam bacaan Persian dieja dʒælɒːlæddiːn mohæmmæde bælxi, atau juga dikenal sebagai Jalāl ad-Dīn Muhammad Rūmī (جلالالدین محمد رومی).
Jalaluddin Rumi adalah seorang pujangga atau penyair Muslim dari Persia abad ke -13. Ia lebih dikenal sebagai seorang sufi mistic. Rumi telah diakui sebagai seorang ahli spiritual terbesar dan penyair intelek yang hebat sepanjang sejarah.
Hasil karya besarnya berupa syair telah dikenal sangat baik oleh seluruh dunia, khususnya di kalangan pujangga Persia, Afghanistan, Iran dan Tajikistan. Beberapa syair Rumi juga sangat populer di seluruh dunia dan telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa.
Jalaluddin Rumi lahir pada tanggal 30 bulan September tahun 1207 Masehi di Balkh (sekarang adalah wilayah Afghanistan). Tepatnya, Rumi lahir di sebuah desa bernama Wakhsh, sebuah kota kecil di dekat sungai Wakhsh di Persia, yang merupakan bagian dari provinsi Balkh.
Orang tuanya adalah warga Persia dan penutur asli bahasa Persia. Ibunya adalah Mumina Khatun, sedangkan ayahnya bernama Bahaduddin Walad, yang merupakan seorang ahli ilmu agama, ahli hukum dan juga ahli ilmu kebatinan. Ketika Rumi lahir, ayahnya adalah seorang guru atau pengajar.
Latar belakang keluarganya memang sangat dekat dengan ilmu agama. Karenanya, Rumi juga mengisi hari -harinya semenjak kecil dengan berbagai ilmu agama dan ilmu kebatinan.
Rumi meninggalkan daerah kelahirannya di Balkh ketika Mongol melakukan invasi di wilayah Asia Tengah antara tahun 1215 dan tahun 1220.
Ia meninggalkan Balkh bersama dengan keluarganya dan beberapa kelompok pelajar yang merupakan murid ayahnya. Mereka bermigrasi dan berpindah -pindah menuju ke tanah -tanah Muslim, termasuk ke Baghdad, Damascus, Erzincan, Malatya, Sivas, Kayseri dan Nigde.
Mereka juga melakukan ziarah ke Mecca. Setelah ziarahnya inilah, Rumi beserta kelmpoknya tinggal menetap di Konya (sekarang Turki bagian barat).
Tepatnya, pada tanggal 1 Mei 1228, mereka diundang oleh ‘Alā’ ud-Dīn Key-Qobād, seorang pemimpin Anatolia. Ayah Rumi pun menerima undangan ini dan kemudian menetap di Konya, di Anatilia yang merupakan wilayah dari kesultanan Seljuk of Rûm. Di sana, Bahaduddin menjadi kepala dari sebuah sekolah agama atau Madrassa.
Selama perjalanan dengan keluarganya ini, Rumi selalu rajin untuk mempelajari ilmu agama, terutama agama Islam. Hari -hari dan lingkungannya pun sangat kental dengan hal -hal yang berbau spiritual.
Perjalanan Pendidikan Rumi
Rumi menjadi seorang murid di Sayyed Burhan ud-Din Muhaqqiq Termazi, dan termasuk salah satu murid dari ayahnya sendiri, Bahaduddin. Di bawah bimbingan dari Sayyed Termazi inilah, Rumi belajar tentang ilmu Sufi.
Ia mempelajari mengenai banyak sekali ilmu spiritual dan rahasia tentang jiwa dan dunia ini. Setelah Bahaduddin meninggal di tahun 1231 Masehi, Rumi pun melanjutkan posisi sang ayah sebagai seorang guru agama terkemuka di sana.
Rumi juga menjadi seorang Imam dan penceramah di Konya untuk meneruskan tugas sang Ayah. Ketika itu, usia Rumi masih 24 tahun. Meski masih muda, ia berhasil membuktikan bahwa dirinya adalah seorang yang memiliki ilmu pengetahuan yang mendalam terutama mengenai ilmu agama.
Ayahnya memang menjadi salah seorang yang berpengaruh terhadap cara berpikir dan kecerdasannya. Selain ayahnya yang selalu mengajarkan budaya Persia dan ajaran agama Islam, Rumi juga banyak mempelajari tentang pemikiran Sufi.
Selama bertahun -tahun, ia juga banyak mempelajari tentang syair -syair karya Attar dan Sanai. Ia sungguh kagum terhadap tokoh idolanya ini. Bahkan, ia sempat mengungkapkan kekagumannya ini ke dalam syairnya.
“Attar was the spirit, Sanai his eyes twain, And in time thereafter, Came we in their train”.
Dalam syairnya yang lain, ia pun kembali menyebutkannya,
“Attar has traversed the seven cities of Love, We are still at the turn of one street”.
Momentum perubahan hidup Rumi
Di tahun 1244 Masehi, Rumi sudah menjadi seorang guru dan seorang ahli agama. Pada tahun tersebutlah, ia berjumpa dengan seorang musafir atau pengembara yang bernama Shamsuddin of Tabriz.
Pertemuannya dengan Shamsuddin atau yang akrab disapa Shams inilah yang kemudian menjadi sebuah momentum atau titik perubahan dari hidup Rumi. Mereka pun menjadi sahabat yangs sangat dekat satu sama lain.
Sayangnya, ketika Shams berkunjung ke Damascus, ia terbunuh. Desas desus mengatakan bahwa Shams dibunuh oleh salah seorang murid Rumi yang tidak senang melihat kedekatan Sham dengan gurunya tersebut.
Tentu saja Rumi sangat sedih dan terpukul atas kematian Shams, sahabatnya ini. Lalu, ia pun mengungkapkan rasa kasih sayangnya terhadap Shams dan penyesalan atas kematiannya dalam bentuk musik, tarian, dan syair.
Selama hampir 10 tahun selelah pertemuannya dengan Shamsuddin, Rumi pun terus mengabdikan dirinya untuk menulis ghazal atau sastra puisi yang merujuk pada sebuah tangisan kematian.
Ghazal yang ditulisnya ini diberinya nama Diwan-e-Kabir or Diwan-e Shams-e Tabrizi. Ketika menulis ghazal ini, ia bertemu dengan seorang tukang emas bernama “Salaud-Din-e Zarkub”. Salaud-Din-e Zarkub lah yang kemudian selalu menenami Rumi dalam berkarya.
Sayangnya, Salaud juga wafat. Setelah kepergian Salaud, Rumi pun berkawan dengan salah seorang murid favoritnya bernama Hussam-e Chalabi. Hussam lah yang kemudian menemani Rumi dalam menghabiskan tahun -tahun berikutnya ketika hidup di Anatolia.
Di Anatolia inilah, ia menyelesaikan enam volume dari karya besarnya yang dikenal sebagai Masnawi atau dalam bahasa Inggris disebut “the Masnavi”.
Karya Besar Rumi yang Populer
Ada banyak karya yang dihasilkan oleh Jalaluddin Rumi. Karya -karya yang dihasilkannya pun bukan karya yang bisa dianggap sebelah mata. Beberapa koleksi karya besar yang merupakan buah pikirnya meliputi :
# Diwan-e Shams-e Tabrizi
Diwan-e Shams-e Tabrizi atau Diwan-e-Kabir adalah salah satu karya andalan dari Rumi. Karya ini merupakan kumpulan dari Ghazal yang secara khusus dipersembahkan untuk sahabatnya Shamsuddin. Shamsuddin menjadi kawan baiknya sekaligus sosok yang begitu menginspirasi karyanya ini. Di dalam karya besar ini, Rumi juga mengisinya dengan sajak -sajak. Diwan-e-Kabir ditulis dalam dialek ‘Dari’. Selama ini, Diwan-e-Kabir diakui sebagai sastra Persia terbesar sepanjang sejarah.
# Mathnawi
Mathnawi atau disebut juga sebagai Masnawi atau Masnavi ini merupakan kompilasi yang terdiri dari enam volume puisi, yang ditulis dalam gaya didaktis. Syair -syair yang dituliskannya dalam karya ini dibuat dengan tujuan untuk berdakwah, mengajar, dan sekaligus menghibur para pembacanya. Kabarnya, selama menulis karya ini, Rumi ditemani oleh Husam al-Din Chalabin yang juga banyak mempengaruhi pemikirannya tentang kehidupan spiritual.
Masnawi disebut -sebut sabagai karya sastra terbesar dan paling murni yang dimiliki oleh bangsa Persia.
Popularitas dari Jalaluddin Rumi pun tak hanaya melingkupi negaranya sendiri, maupun negaraa di sekitarnya saja. Hampir seluruh dunia, mengenal siapa namanya dan apa saja karya -karyanya. Karenanya, Rumi pun diakui sebagai salah seorang penyair klasik Persia terbesar sepanjang sejarah.
Selama bertahun -tahun, ia banyak mempengaruhi kesusastraan Turki. Karya Rumi juga banyak menginspirasi banyak seniman lain, termasuk Mohammad Reza Shajarian (Iran), Davood Azad (Iran), Shahram Nazeri (Iran) dan juga Ustad Mohammad Hashem Cheshti (Afghanistan).
Para seniman ini mempelajari karya Rumi dan mendapatkan banyak pencerahan tentang interpretasi klasik dalam hal syair dan sastra. Selain itu, karya -karya Rumi ini juga telah diterjemahkan di berbagai belahan dunia dalam berbagai bahasa, termasuk bahasa Rusia, Italia, Jerman, Turki, Urdu, Perancis, Spanyol, dan tentu saja juga di Indonesia.
Bahkan, pada tahun 2007 silam, Rumi telah dinobatkan sebagai “the most popular poet in America” atau penyair paling populer di Amerika. Hal ini menunjukkan bahwa nama Rumi semakin populer di dunia, meski setelah ia tiada.
Kematian Rumi
Jalaluddin Rumi meninggal dunia pada tanggal 17 bulan Desember tahun 1273. Ia meninggal di Konya ketika Konya berada di bawah pemerintahan kerajaan Seljuk. Jasadnya dikuburkan di samping makam ayahnya di Konya.
Sebagai bentuk penghargaan terhadap Sang Sufi Rumi ini, maka di Konya dibangunlah sebuah makam mausoleum bernama Mevlana.
Di dalam mausoleum ini, terdapat sebuah masjid, aula untuk menari dan ruang lainnya. Tempat ini pun sering dikunjungi oleh para penggemarnya dari berbagai belahan dunia. Makam Jalaluddin Rumi ini pun menjadi salah satu tujuan ziarah yang cukup populer di dunia.
0 comments:
Post a Comment