Al Akhnas bin Syuraiq Ats Tsaqafi
Al Akhnas bin Syuraiq Ats Tsaqafi
“Dan apabila dikatakan kepadanya: ‘Bertakwalah kepada Allah’, bangkitlah kesombongannya yang menyebabkannya berbuat dosa. Maka cukuplah (balasannya) neraka Jahannam. dan sungguh neraka Jahannam itu tempat tinggal yang seburuk-buruknya.”(QS Al-Baqarah [2]: 206)
Setiap orang pasti ingin solusi atas segala problematikanya, rezeki melimpah, dan mudah semua urusannya. Semua orang juga pasti ingin surga. Namun, aneh, ketika ditawarkan tips, ‘ramuan’ dan ‘jalan hidup’ menuju ke semua yang diinginkannya itu, tidak semua orang mau. Bahkan, tidak sedikit yang menolak mentah-mentah. Ayat di atas menyinggung orang-orang yang menolak takwa yang merupakan sumber kebahagiaan dunia dan akhirat.
Imam Ibnu Jarir dalam kitab tafsirnya (Tafsir Ibnu Jarir, II/324) meriwayatkan dari As Suddy, sebab turunnya ayat ini dan dua ayat sebelumnya (ayat 204 dan 205 surat Al-Baqarah), bahwa ayat ini menyinggung Al Akhnas bin Syuraiq Ats Tsaqafi. Nama aslinya Ubay, sedang Al Akhnas adalah gelarnya. Ia adalah mitra koalisi kabilah Bani Zuhrah.
Suatu hari Al-Akhnas datang menghadap Nabi saw di Madinah dan mengaku ingin masuk Islam. Ia memperlihatkan keseriusannya sampai-sampai membuat beliau kagum. Ia memang dikenal sebagai lelaki yang kata-kata dan tampilannya ‘menghipnotis’ banyak orang. Kemudian ia keluar dari majelis Nabi, lalu melewati kebun tanaman dan binatang ternak (keledai) milik kaum Muslimin. Ia membakar kebun itu dan membunuh binatang-binatang ternaknya. Maka Allah menurunkan ayat di atas dan dua ayat sebelumnya yang mengungkap sifat hipokrit atau kemunafikannya (lihat QS Al-Baqarah 204-206).
Menurut Ibnu Jarir, karena kesombongan dan kedurhakaannya kepada Allah dan Rasul-Nya, Allah sampai perlu menurunkan beberapa ayat lain tentang perilaku Al Akhnas ini. Selain ayat di atas, Al Akhnas juga menjadi sebab turunnya ayat satu QS Al-Humazah [104] dan QS Al-Qalam [68]: 10-13.
Karakter Orang Munafik
Ayat 206 QS Al-Baqarah menguak perilaku dan wajah asli orang munafik yang pintar memainkan kata, pandai berargumentasi dan mengedepankan penampilan yang menghipnotis. Namun, hatinya memendam kebencian yang membara dan dendam kesumat terhadap kaum Muslimin. Kerjanya hanya berbuat onar dan merusak tatanan kehidupan umat yang sudah mapan sehingga terjadilah instabilitas. Tujuan puncaknya adalah kehancuran umat Islam.
Nah, ketika ia kedapatan melakukan kerusakan dan menyebarluaskan kemungkaran dan hal-hal negatif di tengah umat, lalu dinasihati untuk takut kepada Allah, ia malah meresponsnya dengan angkuh dan sombong. Ia bahkan membanggakan bukan dengan kebenaran, keadilan dan kebaikan, melainkan dengan dosa-dosanya. Akibatnya, ia semakin menjadi-jadi dalam melakukan kemaksiatan dan dosa tanpa pernah risih dan malu. Di zaman sekarang pun tidak terlalu sulit menemukan prototipe manusia yang semacam ini.
Dalam kajian Ibnu Katsir (lihat Tafsir Ibnu Katsir I/222) dikatakan, perilaku orang sombong dan membangkang ketika dinasehati untuk bertakwa kepada Allah ini, sama seperti perilaku orang kafir dalam ayat 72 QS Al-Hajj [22], yang menunjukkan tanda-tanda keingkaran ketika dibacakan ayat-ayat Allah di hadapan mereka. Dengan demikian, menolak takwa adalah sifat dan karakter orang munafik dan orang kafir.
Sesungguhnya, ketika seseorang menolak takwa, sama saja dengan menjerumuskan dirinya dalam kerugian yang berkepanjangan di dunia dan akhirat. Untuk itu, tidak ada yang pantas bagi orang yang menolak takwa dan sombong serta bangga dengan dosa-dosanya selain neraka Jahannam (lihat QS Al-Humazah [104]: 6-7). Dan adakah tempat tinggal yang lebih buruk dari neraka Jahannam? Itulah seburuk-buruknya tempat dan mereka kekal selamanya
“Dan apabila dikatakan kepadanya: ‘Bertakwalah kepada Allah’, bangkitlah kesombongannya yang menyebabkannya berbuat dosa. Maka cukuplah (balasannya) neraka Jahannam. dan sungguh neraka Jahannam itu tempat tinggal yang seburuk-buruknya.”(QS Al-Baqarah [2]: 206)
Setiap orang pasti ingin solusi atas segala problematikanya, rezeki melimpah, dan mudah semua urusannya. Semua orang juga pasti ingin surga. Namun, aneh, ketika ditawarkan tips, ‘ramuan’ dan ‘jalan hidup’ menuju ke semua yang diinginkannya itu, tidak semua orang mau. Bahkan, tidak sedikit yang menolak mentah-mentah. Ayat di atas menyinggung orang-orang yang menolak takwa yang merupakan sumber kebahagiaan dunia dan akhirat.
Imam Ibnu Jarir dalam kitab tafsirnya (Tafsir Ibnu Jarir, II/324) meriwayatkan dari As Suddy, sebab turunnya ayat ini dan dua ayat sebelumnya (ayat 204 dan 205 surat Al-Baqarah), bahwa ayat ini menyinggung Al Akhnas bin Syuraiq Ats Tsaqafi. Nama aslinya Ubay, sedang Al Akhnas adalah gelarnya. Ia adalah mitra koalisi kabilah Bani Zuhrah.
Suatu hari Al-Akhnas datang menghadap Nabi saw di Madinah dan mengaku ingin masuk Islam. Ia memperlihatkan keseriusannya sampai-sampai membuat beliau kagum. Ia memang dikenal sebagai lelaki yang kata-kata dan tampilannya ‘menghipnotis’ banyak orang. Kemudian ia keluar dari majelis Nabi, lalu melewati kebun tanaman dan binatang ternak (keledai) milik kaum Muslimin. Ia membakar kebun itu dan membunuh binatang-binatang ternaknya. Maka Allah menurunkan ayat di atas dan dua ayat sebelumnya yang mengungkap sifat hipokrit atau kemunafikannya (lihat QS Al-Baqarah 204-206).
Menurut Ibnu Jarir, karena kesombongan dan kedurhakaannya kepada Allah dan Rasul-Nya, Allah sampai perlu menurunkan beberapa ayat lain tentang perilaku Al Akhnas ini. Selain ayat di atas, Al Akhnas juga menjadi sebab turunnya ayat satu QS Al-Humazah [104] dan QS Al-Qalam [68]: 10-13.
Karakter Orang Munafik
Ayat 206 QS Al-Baqarah menguak perilaku dan wajah asli orang munafik yang pintar memainkan kata, pandai berargumentasi dan mengedepankan penampilan yang menghipnotis. Namun, hatinya memendam kebencian yang membara dan dendam kesumat terhadap kaum Muslimin. Kerjanya hanya berbuat onar dan merusak tatanan kehidupan umat yang sudah mapan sehingga terjadilah instabilitas. Tujuan puncaknya adalah kehancuran umat Islam.
Nah, ketika ia kedapatan melakukan kerusakan dan menyebarluaskan kemungkaran dan hal-hal negatif di tengah umat, lalu dinasihati untuk takut kepada Allah, ia malah meresponsnya dengan angkuh dan sombong. Ia bahkan membanggakan bukan dengan kebenaran, keadilan dan kebaikan, melainkan dengan dosa-dosanya. Akibatnya, ia semakin menjadi-jadi dalam melakukan kemaksiatan dan dosa tanpa pernah risih dan malu. Di zaman sekarang pun tidak terlalu sulit menemukan prototipe manusia yang semacam ini.
Dalam kajian Ibnu Katsir (lihat Tafsir Ibnu Katsir I/222) dikatakan, perilaku orang sombong dan membangkang ketika dinasehati untuk bertakwa kepada Allah ini, sama seperti perilaku orang kafir dalam ayat 72 QS Al-Hajj [22], yang menunjukkan tanda-tanda keingkaran ketika dibacakan ayat-ayat Allah di hadapan mereka. Dengan demikian, menolak takwa adalah sifat dan karakter orang munafik dan orang kafir.
Sesungguhnya, ketika seseorang menolak takwa, sama saja dengan menjerumuskan dirinya dalam kerugian yang berkepanjangan di dunia dan akhirat. Untuk itu, tidak ada yang pantas bagi orang yang menolak takwa dan sombong serta bangga dengan dosa-dosanya selain neraka Jahannam (lihat QS Al-Humazah [104]: 6-7). Dan adakah tempat tinggal yang lebih buruk dari neraka Jahannam? Itulah seburuk-buruknya tempat dan mereka kekal selamanya
0 comments:
Post a Comment